PT Kaltim Prima Coal (KPC) adalah perusahaan pertambangan batubara yang beroperasi di Kalimantan
Timur, Indonesia. Dalam operasinya, KPC mempekerjakan lebih dari 4000 karyawan. Untuk
memastikan karyawannya memiliki kompetensi yang dipersyaratkan, penilaian kompetensi tahunan
dilakukan selama 3 (tiga) tahun pertama seorang karyawan menduduki suatu jabatan. Namun, setelah
karyawan menyelesaikan pengembangan selama 3 (tiga) tahun, penilaian ulang terhadap kompetensi
tidak dilakukan. Sedangkan perusahaan menyadari bahwa pengembangan yang terus menerus
diperlukan untuk mengelola kinerja karyawan. Di sisi lain, karyawan dengan posisi tingkat yang lebih
tinggi biasanya lebih sedikit menerima umpan balik dari orang lain. Hal ini dikarenakan ada asumsi
bahwa karyawan yang menempati posisi lebih tinggi sewajarnya lebih kompeten. Sebab lain adalah
karena budaya segan untuk memberikan masukan kepada karyawan yang lebih tinggi jabatannya. Lebih
dari itu, seorang karyawan khususnya para pemimpin, memiliki kesibukan yang tinggi dalam
pekerjaannya, sehigga hampir tidak punya waktu untuk melakukan penilaian terhadap diri sendiri dan
mengukur sejauh mana kompetensinya jika dibandingkan kebutuhan perusahaan yang diprasyaratkan.
Berdasarkan kondisi tersebut, penulis melakukan penilaian ulang terhadap kompetensi karyawan untuk
menemukan area perbaikan untuk merangsang pengembangan, produktivitas, dan kinerja karyawan.
Penelitian ini dilakukan kepada Superintendent Mining Operation Division (MOD). Untuk
mendapatkan hasil yang komprehensif, penelitian ini menerapkan survei umpan balik 360 derajat yang
mengacu pada pengetahuan orang-orang dalam lingkaran pengaruh subjek survei yaitu atasan, rekan
kerja , bawahan, pelanggan, dan penilaian diri sendiri. Pengambilan data dilakukan secara online
dengan alat ukur yang dikembangkan berdasarkan kompetensi model KPC yang terdiri dari kompetensi
inti dan kompetensi manajerial.
Hasil survei menunjukkan bahwa 3 kompetensi terbawah yang perlu dikembangkan berdasarkan
penilaian diri sendiri adalah kompetensi Perencanaan dan Pengelolaan Pekerjaan, Belajar
Berkelanjutan, dan Wawasan Bisnis, sedangkan berdasarkan penilaian oleh orang lain adalah
Perencanaan dan Pengelolaan Pekerjaan, Fokus pada Klien, dan Mengembangkan Orang Lain. Secara
keseluruhan, di semua kompetensi, Superintendent MOD memberikan nilai pada diri sendiri lebih
tinggi dari orang lain, atasan memberikan nilai lebih tinggi dari bawahan, dan bawahan menilai lebih
tinggi dari rekan kerja dan pelanggan. 69% responden memberikan nilai 5 dan 6, 29% memberikan nilai
1 sampai 4 dan 2% N.A. Berdasarkan hasil survey, kompetensi Inti dan Technical adalah kekuatan
Superintendent MOD, sedangkan dimensi yang masih perlu dikembangkan terletak pada area
Kompetensi Manajerial.
Dampak umpan balik 360 derajat akan sangat terbatas jika proses berakhir setelah subjek menerima
laporan umpan balik mereka. Hasil survei ini akan memberikan manfaat baik bagi perusahaan maupun
bagi individu jika ditindaklanjuti dengan serangkaian program pengembangan. Karena itu, pada bagian
akhir laporan ini, penulis menyarankan program pengembangan menggunakan kerangka pembelajaran
70-20-10. 70% adalah model pembelajaran Experencial Learning dimana pembelajaran dilakukan
melalui penyelesaian tugas sehari-hari, penyelesaian masalah, atau program rotasi. 20% adalah model
pembelajaran Social Learning dimana pembelajaran terjadi dengan belajar dan mengamati dari individu
lain contohnya adalah coaching dan mentoring. Sedangkan 10% adalah model pembelajaran Formal
Learning formal yaitu pembelajaran dengan cara yang disampaikan secara terorganisir. Pembelajaran
formal terbagi menjadi dua strategi, tatap muka dan online. Tatap muka berbentuk sesi persiapan, kursus
instruksional, seminar, lokakarya dan secara teratur disampaikan di ruang kelas. Pada akhirnya, untuk
menciptakan iklim organisasi di mana individu merasa nyaman untuk menerima dan memberikan
umpan balik kerja sehari-hari, disarankan untuk melakukan survei umpan balik 360 derajat secara
berkala. Dengan begitu, peningkatan kinerja atau perubahan perilaku dapat diukur.