Perubahan tatanan demografi lansia pada abad ke-21 merupakan dampak dari
baby boom yang terjadi beberapa puluh tahun yang lalu. BPS memproyeksikan
bahwa pada tahun 2045 jumlah lansia di Indonesia akan meningkat sampai 63,31
juta orang (20% populasi Indonesia), bahkan dapat mencapai 74 juta lansia. Kota
Surabaya yang memiliki jumlah populasi lansia terbanyak kedua di Indonesia,
telah mengupayakan kesejahteraan penduduk lanjut usia dengan beberapa
kebijakan khusus, namun nyatanya, masih banyak tempat perawatan dan
penampungan lansia yang fasilitasnya belum memadai bagi lansia. Karena hal
tersebut, banyak lansia yang merasa gelisah dan kesepian karena minimnya
fasilitas yang mendukung kemandirian lansia, kurangnya aktivitas individu dan
bersama, serta kualitas ruang yang kurang baik.
Tempat perawatan dan penampungan lansia seharusnya memilki fasilitas yang
dimiliki rumah lansia sebelumnya, sehingga lansia dapat merasa seperti di rumah
dan bebas melakukan aktivitas yang disukai tanpa terkesan terisolasi di ruangan
yang asing. Berdasarkan issue ini, maka tercipta topik Nursing Home, yang
dicapai dengan observasi perilaku. Metode yang digunakan yaitu person-centered
dan place-centered untuk menemukan kriteria-kriteria yang spesifik bagi lansia,
terutama konsep sense of home pada nursing home sehingga standar dan
kebutuhan spesifik lansia dapat terpenuhi. Berdasarkan observasi yang dilakukan,
terdapat 13 kriteria yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup lansia
di nursing home, yaitu Jumlah Populasi, Hirarki Ruang, Akses Ruang Luar,
Karakter Rumah, Fleksibilitas dan Autonomi, Ruang Personal, Lingkungan
Sosial, Wayfinding, Seni dan Hobi, Agama dan Budaya, Stimulasi, Pencahayaan,
Warna dan Kontras, Penghawaan, dan Keamanan. Dengan adanya seluruh kriteria
ini diharapkan lansia dapat menjalani hidup dan masa tuanya dengan bebas di
nursing home berdasarkan pilihan hidupnya sendiri tanpa terkesan terkekang.
Dengan adanya pilihan, lansia dapat lebih tenang, percaya diri, aktif, dan bahagia
dalam menjalani masa tuanya.