ABSTRAK Aulia Dyan Yohanlis
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus COVER Aulia Dyan Yohanlis
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus BAB 1 Aulia Dyan Yohanlis
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus BAB 2 Aulia Dyan Yohanlis
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus BAB 3 Aulia Dyan Yohanlis
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus BAB 4 Aulia Dyan Yohanlis
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus BAB 5 Aulia Dyan Yohanlis
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus PUSTAKA Aulia Dyan Yohanlis
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus
Sampah pesisir dapat menjadi masalah signifikan bila memasuki lautan seperti tertelan atau menjerat biota laut. Perairan Cirebon merupakan salah satu pesisir yang mengalami permasalahan sampah karena kedudukannya sebagai jalur perdagangan baik domestik maupun internasional. Dalam menentukan metode pembersihan sampah yang efektif dan peningkatan manajemen sampah laut di Pesisir Cirebon, maka dibutuhkan beberapa informasi dasar mengenai sampah khususnya di pantai yang merupakan zona peralihan sampah darat menjadi sampah laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis sampah laut dominan dan menganalisis pengaruh pasang surut terhadap karakteristik dan luasan sampah di pesisir Cirebon. Pemantauan sampah di pantai pada penelitian ini menggunakan orthophoto yang diperoleh dengan Unmanned Aerial Vehicle (UAV)/drone dengan jenis DJI Phantom 4 Pro yang divalidasi dengan menggunakan foto udara dan metode transek sampah. Adapun perubahan luasan sampah dilakukan dengan cara mendigitasi manual orthophoto menggunakan software ArcGIS. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan drone efektif dalam mengidentifikasi sampah berukuran makro pada pukul 10:00 dan 16:00 secara tegak lurus permukaan bumi (90º). Jenis sampah laut yang dominan di Pesisir Cirebon adalah sampah plastik dan gabus. Sesuai dengan validasi dari foto udara yang menunjukkan bahwa plastik dan gabus berukuran lebih besar dari Ground Sample Distance (GSD) orthophoto (2,22 cm/piksel) adalah sampah yang mudah terdeteksi oleh drone. Selain itu, hasil validasi metode transek sampah juga menunjukkan sampah yang dominan di Pesisir Cirebon adalah softplastic sebanyak 607 buah dalam luasan 50 m2. Perubahan ketinggian pasang surut mempengaruhi luasan sampah dan dapat memindahkan sampah hingga 50 cm dari posisi sebelumnya selama 2 jam di Karang Anom dan 25 cm selama 7 jam di Rawa Urip. Sampah yang ada di Rawa Urip jumlahnya lebih sedikit namun ukurannya besar, sedangkan sampah yang ada di Karang Anom jumlahnya lebih banyak namun ukurannya kecil (terdiri atas potongan-potongan sampah). Luasan sampah di Pantai Rawa Urip pada saat menuju pasang (55,53 m2) lebih besar dibandingkan luasan pada saat menuju surut (52,71 m2). Luasan sampah di Pantai Karang Anom pada saat surut (129,89 m2) lebih besar dibandingkan luasan pada saat menuju surut (75,79 m2). Persentase luasan sampah di Pantai Karang Anom paling tinggi terletak di Area A dengan luasan pada saat menuju surut sebesar 30,22% dan pada saat surut sebesar 43,66%. Persentase luasan sampah di Pantai Rawa Urip paling tinggi terletak di Area G dengan luasan pada saat menuju surut sebesar 22,79% dan pada saat menuju pasang sebesar 24%. Laju perubahan luasan sampah terbesar terjadi di Area A, Pantai Karang Anom yaitu sebesar 15,11 m2/jam atau sekitar 362,64 m2 dalam 1 hari. Laju Luasan sampah terkecil terjadi di Area F, Pantai Rawa Urip yaitu sebesar 0,008 m2/jam atau sekitar 0,19 m2 dalam 1 hari. 2. Faktor yang mempengaruhi luasan sampah di Pesisir Cirebon di antaranya adalah ketinggian pasang surut, visibilitas air laut, dan struktur pantainya (kemiringan dan komponen penyusun pantai).