digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kualitas rancang kota yang baik dapat mengakomodasi aktivitas dasar manusia seperti berjalan, berdiri, duduk, berbicara, melihat, makan, menikmati kota. Namun saat ini kualitas desain perkotaan kurang mempertimbangkan keberadaan manusia. Desain saat ini lebih banyak mengakomodasi kendaraan bermotor. Pembangunan perkotaan harus mampu mengakomodasi aktivitas manusiadan kendaraan. Di pusat kota Yogyakarta telah mengalami pembangunan hingga tahun 2021. Setelah pembangunan belum diukur kualitas rancang kotanya. Pengukuran menggunakan variabel kualitas rancang kota yang didasarkan pada variabel Ewing Clemente, sedangkan aktivitas manusia adalah berjalan kaki. Teknik analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif, analisis regresi linier berganda dan analisis regresi linier sederhana. Data dikumpulkan menggunakan metode field manual dan kuesioner. Hasil dari penilaian kualitas rancang kota dari tiga penilaian (persepsi, field manual, model regresi linier) Jalan Margo Utomo, Jalan Malioboro dan Jalan Margo Mulyo memiliki kategori kualitas tinggi, kecuali di model regresi linier di Jalan Margo Utomo yang memiliki kategori sedang. Hubungan antara kualitas rancang kota dan preferensi lokasi untuk aktivitas berjalan menunjukkan trendline positif dengan persamaan Y = 42.8754x – 910.7939. Trendline positif menandakan bahwa kualitas rancang kota meningkatkan aktivitas berjalan kaki. Nilai minimum kualitas desain perkotaan untuk dipilih sebagai lokasi berjalan kaki adalah 21.2428.