Kualitas rancang kota yang baik dapat mengakomodasi aktivitas dasar manusia
seperti berjalan, berdiri, duduk, berbicara, melihat, makan, menikmati kota. Namun
saat ini kualitas desain perkotaan kurang mempertimbangkan keberadaan manusia.
Desain saat ini lebih banyak mengakomodasi kendaraan bermotor. Pembangunan
perkotaan harus mampu mengakomodasi aktivitas manusiadan kendaraan. Di pusat
kota Yogyakarta telah mengalami pembangunan hingga tahun 2021. Setelah
pembangunan belum diukur kualitas rancang kotanya. Pengukuran menggunakan
variabel kualitas rancang kota yang didasarkan pada variabel Ewing Clemente,
sedangkan aktivitas manusia adalah berjalan kaki. Teknik analisis yang digunakan
adalah statistik deskriptif, analisis regresi linier berganda dan analisis regresi linier
sederhana. Data dikumpulkan menggunakan metode field manual dan kuesioner.
Hasil dari penilaian kualitas rancang kota dari tiga penilaian (persepsi, field manual,
model regresi linier) Jalan Margo Utomo, Jalan Malioboro dan Jalan Margo Mulyo
memiliki kategori kualitas tinggi, kecuali di model regresi linier di Jalan Margo
Utomo yang memiliki kategori sedang. Hubungan antara kualitas rancang kota dan
preferensi lokasi untuk aktivitas berjalan menunjukkan trendline positif dengan
persamaan Y = 42.8754x – 910.7939. Trendline positif menandakan bahwa kualitas
rancang kota meningkatkan aktivitas berjalan kaki. Nilai minimum kualitas desain
perkotaan untuk dipilih sebagai lokasi berjalan kaki adalah 21.2428.