digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2007 TA PP ANDRIANSYAH 1-COVER.pdf


Abstrak: Pusat Penelitian Geoteknologi - LIPI bekerjasama dengan tim dari Hokkaido University dan Tokyo Institute of Technology melakukan survei magnetotelurik (MT) di daerah gempa 27 Mei 2006, Yogyakarta. Pengukuran dilakukan di 2 lintasan dengan total 36 titik sounding, setiap lintasan merupakan kombinasi titik pengukuran AMT (audio frequency magnetotellurics) dan AMT tambah MT. Data MT hasil survei yang berupa deret waktu (time series) diolah menggunakan teknik robust processing dan remote reference sehingga didapatkan tensor impedansi. Tensor impedansi berisi informasi mengenai distribusi tahanan-jenis (resistivity) bawah permukaan. Pemodelan data MT menghasilkan penampang tahananjenis dengan pola utama basement yang bersifat resisitif (100-10000 myu m) diinterpretasi sebagai batu gamping. Basement ini mempunyai kedalaman yang bervariasi di sepanjang lintasan pengukuran, mulai dari 500 meter sampai dengan 2 kilometer. Basement dibelah oleh suatu zona konduktif diperkirakan sebagai rekahan yang ditimbulkan sesar Opak. Struktur cekungan diisi oleh material yang konduktif (lebih kecil100 myu m) yang membentuk pola cekungan dengan kedalaman maksimum 2 km. Lapisan ini diinterpretasi sebagai sedimen batuan gunung api muda. Pola cekungan berasosiasi dengan kerusakan yang terjadi akibat gempa. Bisa disimpulkan bahwa cekungan yang mempunyai nilai peak ground acceleration (PGA) tinggi dengan anomali gravitasi yang rendah ini meng-amplifikasi gelombang gempa. Amplifikasi gelombang inilah yang mengakibatkan kerusakan parah di Bantul dan Yogyakarta.