Sifat fisikokimia dari bahan aktif obat (BAO), terutama kelarutan dan
permeabilitas, merupakan faktor penentu yang mempengaruhi bioavailabilitas dari
suatu sediaan farmasi. Akan tetapi, kebanyakan BAO yang telah ditemukan
memiliki kelarutan dan/atau permeabilitas yang rendah. Pembuatan kokristal
merupakan salah satu cara yang banyak diminati untuk memodifikasi sifat
fisikokimia melalui interaksi non-kovalen antara BAO dengan koformer, tanpa
mengubah sifat farmakologisnya. Penelitian ini terdiri dari kajian pustaka tentang
asam amino sebagai koformer dan eksperimen mengenai scale up pembuatan
kokristal natrium diklofenak-L-prolin (NDP) yang sebelumnya telah dilaporkan
struktur dan kemampuannya dalam meningkatkan kelarutan natrium diklofenak
hingga lebih dari tiga kali. Kajian pustaka bertujuan untuk mengamati
perkembangan penggunaan asam amino sebagai koformer potensial yang lebih
aman dibandingkan koformer kimia lainnya namun tetap memberikan modifikasi
sifat fisikokimia yang diinginkan. Materi kajian pustaka didapatkan dari pencarian
dengan mesin pencari : Google Scholar, Pubmed, Science Direct, dan ACS
(American Chemical Society) Publication menggunakan kata kunci sebagai berikut
: asam amino, kokristal, koformer, dan L-prolin. Jurnal yang ditemukan kemudian
diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi, yaitu : jurnal nasional maupun internasional
yang diterbitkan dalam rentang waktu 10 tahun terakhir (2010-2020) serta memiliki
tema pengembangan kokristal dengan menggunakan asam amino sebagai koformer
dan pengaruhnya terhadap sifat fisikokimia BAO. Asam amino dinilai sebagai
koformer yang menjanjikan karena memiliki gugus fungsi yang dapat membentuk
ikatan hidrogen kuat dari gugus zwitterioniknya. Dari hasil seleksi didapatkan 103
jurnal untuk dianalisis dan disimpulkan bahwa asam amino, terutama L-prolin (LP),
adalah koformer yang aman sehingga mendukung konsep ‘green method’serta
mampu meningkatkan kelarutan, permeabilitas, dan stabilitas BAO. Hal ini
dikarenakan LP bersifat mudah larut di dalam air dan memiliki efek hidrotropik,
yaitu kemampuan untuk melarutkan molekul yang hidrofobik. Selain itu, adanya
cincin pirolidin menyebabkan struktur LP agak kaku yang berkontribusi dalam
kemampuan stabilisasi yang lebih unggul dibandingkan koformer lain. Penelitian
dilanjutkan dengan percobaan laboratorium yang bertujuan untuk mengembangkan
metode scale up skala pilot pembuatan garam kokristal NDP untuk mendapatkan
produk dalam skala puluhan gram, yang selanjutnya diamati sifat alir dan
ii
kompresibilitasnya. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa NDP dapat
dihasilkan baik dengan metode penguapan larutan (solvent evaporation, SE).
Namun, scaling up dengan metode SE membutuhkan banyak pelarut, sehingga
kurang diminati. Metode solvent-drop grinding (SDG) lebih banyak dipilih karena
menggunakan sedikit pelarut dan dapat menghasilkan kokristal dalam waktu yang
lebih singkat daripada neat grinding (NG) maupun SE. Pada percobaan ini,
dilakukan studi pembentukan kokristal NDP dengan metode SDG dan scale up
dengan menggunakan bantuan blender yang mewakili alat campur yang digunakan
dalam industri bahan baku obat. Dilakukan optimasi jumlah pelarut dan waktu
pencampuran komponen natrium diklofenak dan L-prolin dengan blender hingga
diperoleh garam kokristal NDP sesuai dengan yang pernah dilaporkan. Kokristal
yang dihasilkan dikarakterisasi menggunakan Fourier Transformed Infrared
(FTIR), Differential Scanning Calorimetry (DSC), Powder X-Ray Diffraction
(PXRD), dan Scanning Electron Microscope (SEM). Dari hasil penelitian, metode
SDG dengan mortar konvensional dapat digunakan untuk menghasilkan kokristal
garam NDP dan metode SDG-blender menghasilkan garam kokristal NDP dengan
bantuan pelarut etanol (96%) sebanyak 0,5 mL/g dalam waktu 2 menit, pada
kecepatan putar 20000 rpm. Scale up dilakukan secara bertahap, mulai dari 5 g, 10
g, 15 g, hingga 25 g per batch produksi dan dari berbagai optimasi tersebut, telah
terkumpul garam kokristal NDP sebanyak 100 g. Setelah dilakukan karakterisasi,
kokristal yang terbentuk dengan metode SDG dengan mortar konvensional dalam
jumlah kecil dan blender pada tiap tahapan optimasi memiliki titik leleh, DSC, dan
PXRD yang sesuai dengan bentuk tetrahidrat, sama dengan yang pernah dilaporkan
sebelumnya. Pengamatan dengan SEM menunjukkan bentuk yang sama. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa metode SDG dengan blender berhasil
digunakan untuk scaling up pembentukan kokristal NDP. Pembentukan kokristal
menyebabkan perubahan morfologi permukaan dari natrium diklofenak yang
awalnya kasar menjadi halus, serta menunjukkan sifat alir dan kompresibilitas yang
lebih baik dibandingkan natrium diklofenak.