Saat ini, Indonesia masih sangat bergantung dengan bahan bakar fosil dalam
pembangkitan listriknya dengan level energi terbarukan yang relatif rendah. Di sisi
lain, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan lautan seluas 3.25 juta meter
persegi yang tentunya menjadi penyimpan energi termal surya yang sangat besar.
Fakta ini mendukung adanya pengembangan pembangkit listrik tenaga panas laut
(OTEC) di Indoesia. Sebuah penelitian dilakukan di Perairan Sulawesi Utara yang
memiliki rata-rata temperatur permukaan sebesar 29.47? dan rata-rata temperatur
air laut dalam sebesar 6.4? pada kedalaman 500 meter. Menggunakan Siklus
Kalina, diketahui bahwa penggunaan fluida kerja Ammonia-Ethanol 0.95/0.05
menghasilkan efisiensi thermal bersih tertinggi sebesar 4.72%. Penggunaan heating
condenser menghasilkan peningkatan efisiensi termal hingga 6.91% khususnya
ketika diaplikasikan pada tekanan ekstraksi yang rendah. Penggunaan solar thermal
storage meningkatkan efisiensi termal siklus sampai dengan 18.08% (dengan fluida
kerja ammonia-ethanol 0.95/0.05) dan 19.12% (dengan fluida kerja ethanol-air
0.5/0.5). Desain pembangkit OTEC yang diajukan menghasilkan daya output
1000kW dan efisiensi termal bersih sebesar 20.17% (ammonia-ethanol 0.95/0.05);
20.31% (ethanol-air 0.5/0.5) pada siklus dengan solar thermal storage, serta 4.97%
pada desain tanpa solar thermal storage.