Hubungan balok-kolom merupakan elemen struktur yang berfungsi untuk
menyalurkan gaya dari balok menuju ke kolom melalui mekanisme geser, sehingga
kegagalan yang mungkin terjadi pada hubungan balok-kolom merupakan kegagalan
geser yang bersifat getas. Kegagalan getas pada elemen tidak diperkenankan terjadi
dalam desain bangunan yang harus bersifat daktil, sehingga berdasarkan standar
yang berlaku digunakan tulangan transversal pada hubungan balok-kolom sejumlah
dengan tulangan transversal yang digunakan pada tepi kolom. Berdasarkan SNI
2847:2019, estimasi kapasitas geser maksimum yang dapat ditahan oleh hubungan
balok-kolom hanya merupakan fungsi dari kuat tekan beton tanpa adanya fungsi
luas tulangan transversal yang digunakan. Hal ini diakibatkan oleh asumsi bahwa
tulangan transversal hanya dibutuhkan sebagai pengekang inti hubungan balokkolom
sehingga tidak digunakan sebagai parameter perhitungan kapasitas gaya
geser hubungan balok-kolom. Permasalahan yang mengiringi peraturan tersebut
adalah peraturan tersebut dapat membuat tulangan pada hubungan balok-kolom
menjadi rapat dan sulit untuk dikonstruksi. Selain itu, berbagai kebutuhan ruang
dan arsitektural seringkali membuat jumlah kolom menjadi berkurang dan berakibat
kepada gaya aksial yang bekerja pada tiap kolom mempunyai kecenderungan untuk
meningkat sehingga penelitian ini turut dilengkapi dengan penelitian mengenai
pengaruh gaya aksial kolom terhadap kinerja hubungan balok-kolom.
Penelitian dilakukan untuk mempelajari kontribusi tulangan transversal dan
pengaruh gaya aksial kolom terhadap kinerja hubungan balok-kolom berdasarkan
analisis siklik pada model elemen hingga dua dimensi. Komponen beton dibuat
menggunakan elemen plane stress dengan reduced integration yaitu CPS4R,
sedangkan truss element digunakan untuk memodelkan tulangan yang terpasang
pada spesimen. Perilaku material beton dimodelkan menggunakan concrete
damaged plasticity pada ABAQUS Explicit berdasarkan hubungan teganganregangan
material beton dengan pendekatan menggunakan model beton terkekang
mander untuk perilaku tekan beton dan fib model code 2010 untuk perilaku tarik
beton. Selain itu, digunakan pula parameter kerusakan material untuk memodelkan
perilaku softening material pada kondisi unloading. Material baja diasumsikan bersifat elastoplastik dengan asumsi tidak terjadi bond slip pada pertemuan antara
permukaan tulangan baja dengan matriks beton.
Studi dilakukan terhadap 12 buah sampel dengan variasi jumlah tulangan tranversal
hubungan balok-kolom mencakup validasi model elemen hingga berdasarkan hasil
eksperimental yang didapatkan melalui studi literatur, studi parametrik untuk
pengaruh gaya aksial kolom yang mencakup tingkat 15%, 30%, dan 60% rasio gaya
aksial kolom terhadap kapasitas maksimum penampang kolom, serta perbandingan
hasil perhitungan kebutuhan tulangan transversal pada hubungan balok-kolom
berdasarkan standar yang berlaku terhadap model beberapa model analitikal strutand-
tie yang dapat digunakan untuk melakukan estimasi terhadap kapasitas geser
maksimum joint serta jumlah tulangan yang dibutuhkan dalam desain hubungan
balok-kolom berdasarkan luas tulangan yang dibutuhkan.
Berdasarkan hasil pembebanan siklik melalui analisis numerik terhadap spesimen
yang diuji, dapat dilihat bahwa spesimen 0T0 tanpa tulangan transversal tetap
memiliki kinerja yang cukup baik dibandingkan dengan spesimen dengan jumlah
tulangan transversal hubungan balok-kolom yang lebih banyak. Selain itu, sampel
3T3 dengan jumlah tulangan transversal yang dikurangi memiliki kinerja yang
hampir serupa dengan sampel 3T44 yang memiliki jumlah tulangan transversal
sesuai dengan syarat yang berlaku sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
indikasi jumlah tulangan transversal pada hubungan balok-kolom dapat dikurangi
hingga suatu taraf tertentu berdasarkan hasil analisis numerik yang dilakukan pada
penelitian ini tanpa disertai dengan penurunan kinerja hubungan balok-kolom. Hal
ini dapat disebabkan oleh komponen beton yang didapatkan lebih dominan dalam
menahan gaya geser yang bekerja dibandingkan tulangan transversal pada
hubungan balok-kolom. Selanjutnya gaya aksial kolom memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap daktilitas spesimen berdasarkan analisis numerik yang
dilakukan, sampel dengan gaya aksial kolom yang tinggi secara umum memiliki
daktilitas total yang lebih rendah dengan kegagalan yang terjadi lebih cepat
dibandingkan sampel dengan gaya aksial kolom yang lebih rendah. Gaya aksial
kolom diobservasi dapat memberikan confining effect pada inti hubungan balokkolom
namun membuat hubungan balok-kolom menjadi bersifat lebih getas.