digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Cekungan Tarakan merupakan salah satu zona cekungan dengan nilai potensial hidrokarbon yang sangat besar. Zona cekungan ini terbagi atas 5 sub-cekungan yaitu Berau, Muara, Tarakan utara dan selatan, Malinau, dan Tidung. Sub-Cekungan Tarakan bagian utara dan Tidung masuk kedalam kelompok cekungan yang memproduksi hidrokarbon, berbeda dengan Sub-cekungan Berau, Muara dan Tarakan selatan tidak memiliki sumur yang berproduksi hidrokarbon. Perbedaan kondisi tersebut menjadi menarik karena banyak rembesan hidrokarbon di temukan pada tiga sub-cekungan tersebut. Secara tektonik, tiga sub-cekungan tersebut yang merupakan daerah penelitian, juga di batasi struktur aktif Palukoro pada bagian timur Sub-Cekungan Muara, dan Tarakan deep. Berdasarkan hal tersebut, studi pengkajian ulang struktur geologi menggunakan metode interpretasi seismik dan rekontruksi palinspastic dapat mendeskripsikan evolusi dan model struktur yang berkembang pada daerah penelitian. Penelitian ini dilakukan berdasarkan data lapangan dan data bawah permukaan dari 296 lintasan seimik 2D, dan 8 sumur exporlasi. Hasil penelitian mendapatkan 9 Sikuen sedimen dari batuan dasar Mesozoik hingga Plistosen dan 6 model struktur geologi. Zona Sub-Cekungan Muara didominasi oleh struktur sesar normal N-S dan NW-SE. Sub-Cekungan Tarakan bagian selatan terdapat dua model struktur, bagian darat didominasi oleh struktur sesar normal berarah N-S sedangkan pada zona Tarakan deep didominasi oleh struktur thin-skinned dari sesar listric dan toe-thrust. Zona Sub-Cekungan Berau memiliki struktur yang cukup kompleks, pada bagian barat dikontrol oleh struktur contractional horsetail yang disebabkan oleh sesar mendatar kiri Benggara (BFZ), bagian timur dan utara didominasi oleh struktur enechelon yang disebabkan oleh pergerakan sesar mendatar kiri Latih (LFZ), sedangkan pada bagian sentral dikontrol oleh struktur restraining overstep antara dua sesar mendatar kiri Latih (LFZ) dan Mangkalihat Utara (NMFZ). Rekontruksi palinspastic mendapatkan total strain kontraksional sebesar -7.57% sedangkan extensional sebesar 11.80%, rekontruksi ini juga memperlihatkan terjadi inversi struktur pada zona barat Sub-Cekungan Berau. Keberadaan sesar BFZ dengan arah NW-SE membentuk jajaran sesar naik berarah NE-SW. Keberadaan sesar naik tersebut menyebabkan pre-exiting sturktur Paleogen mengalami inversi pada periode Neogen akhir-Plistosen. Adanya kelompok sesar mendatar kiri dengan arah NW-SE berkorelasi dengan adanya proses kolisi di baratlaut Kalimantan dan rotasi berlawanan arah jarum jam dari pulau Kalimantan pada kurun Neogen sehingga model struktur pada Sub- Cekungan Berau dikontrol oleh kelompok sesar mendatar tersebut. Proses kolisi tersebut juga berpengaruh pada model struktur pada zona Tarakan deep, fase regresi pada periode tersebut menyebabkan adanya sedimentasi yang sangat cepat sehingga pada zona ini didominasi oleh tipe struktur thin-skinned dengan detachment berada pada level SB-5. Keberadaan struktur sesar mendatar kiri tersebut menjadi faktor pengontrol utama pembagian batas cekungan dan keberadaan hidrokarbon pada daerah penelitian.