Cekungan Tarakan merupakan salah satu zona cekungan dengan nilai potensial
hidrokarbon yang sangat besar. Zona cekungan ini terbagi atas 5 sub-cekungan yaitu
Berau, Muara, Tarakan utara dan selatan, Malinau, dan Tidung. Sub-Cekungan
Tarakan bagian utara dan Tidung masuk kedalam kelompok cekungan yang
memproduksi hidrokarbon, berbeda dengan Sub-cekungan Berau, Muara dan
Tarakan selatan tidak memiliki sumur yang berproduksi hidrokarbon. Perbedaan
kondisi tersebut menjadi menarik karena banyak rembesan hidrokarbon di temukan
pada tiga sub-cekungan tersebut. Secara tektonik, tiga sub-cekungan tersebut yang
merupakan daerah penelitian, juga di batasi struktur aktif Palukoro pada bagian
timur Sub-Cekungan Muara, dan Tarakan deep. Berdasarkan hal tersebut, studi
pengkajian ulang struktur geologi menggunakan metode interpretasi seismik dan
rekontruksi palinspastic dapat mendeskripsikan evolusi dan model struktur yang
berkembang pada daerah penelitian.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan data lapangan dan data bawah permukaan dari
296 lintasan seimik 2D, dan 8 sumur exporlasi. Hasil penelitian mendapatkan 9
Sikuen sedimen dari batuan dasar Mesozoik hingga Plistosen dan 6 model struktur
geologi. Zona Sub-Cekungan Muara didominasi oleh struktur sesar normal N-S dan
NW-SE. Sub-Cekungan Tarakan bagian selatan terdapat dua model struktur, bagian
darat didominasi oleh struktur sesar normal berarah N-S sedangkan pada zona
Tarakan deep didominasi oleh struktur thin-skinned dari sesar listric dan toe-thrust.
Zona Sub-Cekungan Berau memiliki struktur yang cukup kompleks, pada bagian
barat dikontrol oleh struktur contractional horsetail yang disebabkan oleh sesar
mendatar kiri Benggara (BFZ), bagian timur dan utara didominasi oleh struktur enechelon
yang disebabkan oleh pergerakan sesar mendatar kiri Latih (LFZ),
sedangkan pada bagian sentral dikontrol oleh struktur restraining overstep antara
dua sesar mendatar kiri Latih (LFZ) dan Mangkalihat Utara (NMFZ). Rekontruksi
palinspastic mendapatkan total strain kontraksional sebesar -7.57% sedangkan
extensional sebesar 11.80%, rekontruksi ini juga memperlihatkan terjadi inversi
struktur pada zona barat Sub-Cekungan Berau. Keberadaan sesar BFZ dengan arah
NW-SE membentuk jajaran sesar naik berarah NE-SW. Keberadaan sesar naik
tersebut menyebabkan pre-exiting sturktur Paleogen mengalami inversi pada
periode Neogen akhir-Plistosen. Adanya kelompok sesar mendatar kiri dengan arah NW-SE berkorelasi dengan adanya proses kolisi di baratlaut Kalimantan dan rotasi berlawanan arah jarum jam
dari pulau Kalimantan pada kurun Neogen sehingga model struktur pada Sub-
Cekungan Berau dikontrol oleh kelompok sesar mendatar tersebut. Proses kolisi
tersebut juga berpengaruh pada model struktur pada zona Tarakan deep, fase regresi
pada periode tersebut menyebabkan adanya sedimentasi yang sangat cepat sehingga
pada zona ini didominasi oleh tipe struktur thin-skinned dengan detachment berada
pada level SB-5. Keberadaan struktur sesar mendatar kiri tersebut menjadi faktor
pengontrol utama pembagian batas cekungan dan keberadaan hidrokarbon pada
daerah penelitian.