Cover
PUBLIC karya Abstrak dan Abstract
PUBLIC karya
Lembar Pengesahan
Terbatas karya
» ITB
Terbatas karya
» ITB
Kata Pengantar
PUBLIC karya
BAB I
Terbatas karya
» ITB
Terbatas karya
» ITB
BAB II
Terbatas karya
» ITB
Terbatas karya
» ITB
BAB III
Terbatas karya
» ITB
Terbatas karya
» ITB
BAB V
Terbatas karya
» ITB
Terbatas karya
» ITB
BAB IV
Terbatas karya
» ITB
Terbatas karya
» ITB
Daftar Pustaka & Lampiran
Terbatas karya
» ITB
Terbatas karya
» ITB
Metode deteksi COVID-19 memegang peranan penting untuk mengendalikan
penyebaran penyakit ini. Tes antibodi menjadi rapid test generasi awal penyakit ini
di Indonesia. Tes ini memiliki akurasi yang rendah karena target deteksi berupa
antibodi, yang baru diproduksi oleh tubuh sekitar 7-14 hari setelah masa onset virus.
Di lain sisi, metode tes lainnya yaitu RT-PCR tidak dapat digunakan sebagai rapid
test karena memakan banyak waktu. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia memilih
beralih ke tes antigen yang mendeteksi antigen virus berupa protein spike secara
langsung sehingga hasilnya jauh lebih akurat dari tes antibodi dan waktu pengerjaan
tetap singkat. Metode serupa yang menggunakan surface plasmon resonance (SPR)
dikembangkan dalam penelitian Tugas Akhir ini sebagai metode deteksi COVID19 terkuantifikasi pengganti RT-PCR.
Dalam penelitian ini diteliti aktivitas pengikatan RBD SARS-CoV-2 dengan scFv
CR3002, yang telah diproduksi oleh Pusat Riset Bioteknologi Molekuler
Universitas Padjajaran, pada beberapa jenis media ITM. Respons terbaik dihasilkan
oleh sistem dengan protein scFv periplasma dan media hasil campuran PBS dengan
ITM VitPAD. Sistem ini memiliki batas deteksi minimum (LOD) sebesar 8.73
ng/mL, respons maksimum 6.19 persen, dan koefisien determinasi 88 persen.
Usaha pemurnian protein scFv berhasil meningkatkan respons maksimum dan
koefisien determinasi menjadi 8.02 dan 92 persen secara berturut, serta mampu
menurunkan LOD menjadi 8.34 ng/mL. Dari hasil uji spesifisitas, diketahui bahwa
biosensor ini spesifik 88.47 persen dalam mendeteksi RBD SARS-CoV-2. Selain
itu, biosensor COVID-19 terkuantifikasi ini mampu digunakan berulang sebanyak
lima kali dan dapat disimpan dalam pembeku bersuhu -4 derajat Celsius selama tiga
hari apabila tidak digunakan. Pengujian lebih lanjut dengan sampel swab yang telah
diuji dengan RT-PCR menunjukkan bahwa biosensor yang dikembangkan mampu
mendeteksi keberadaan protein spike SARS-CoV-2.