digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Fanni Fadilah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Fanni Fadilah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Fanni Fadilah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Fanni Fadilah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Fanni Fadilah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Fanni Fadilah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Fanni Fadilah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Fanni Fadilah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Hutan mangrove merupakan ekosistem dengan potensi penyimpanan karbon yang tinggi. Salah satu fungsi ekologis hutan mangrove adalah sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Hal ini menjadikan hutan mangrove memiliki peran penting dalam pengaturan iklim melalui penyerapan gas rumah kaca utama, yaitu karbondioksida. Kemampuan penyerapan karbon dari hutan mangrove dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah komposisi vegetasinya. Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi tentang rata-rata Above Ground Carbon (AGC) dan Below Ground Carbon (BGC) dan korelasi antara jumlah spesies dengan AGC dan BGC hutan mangrove riparian dan estuari di Timika, Papua. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dipublikasi oleh Center for International Forestry Research (CIFOR). Pengambilan data dilakukan pada tahun 2011 dengan metode stratified sampling. Jumlah sampel untuk mangrove estuari dan riparian masing masing adalah 12 petak persegi berukuran 0,5 ha. Dari pengolahan data didapatkan bahwa rata-rata AGC per subplot di riparian lebih rendah (147,54 Mg/ha) dibandingkan rata-rata AGC per subplot di estuari (201,40 Mg/ha) dan rata-rata BGC per subplot di riparian lebih rendah (52,33 Mg/Mg) dibandingkan rata-rata BGC per subplot di estuari (70,39 Mg/ha). Hasil uji One Way ANOVA menunjukkan perbedaan nilai AGC dan BGC di kedua komunitas mangrove tersebut tidak signifikan (p-value=0,23; p-value=0,18, alpha=0,05). Tingkat korelasi jumlah spesies terhadap AGC dan BGC di wilayah riparian ‘sangat rendah’ dan bentuk hubungan berkorelasi positif (r AGC =0,18, r BGC =0,15). Tingkat korelasi jumlah spesies terhadap AGC dan BGC di wilayah estuari ‘cukup kuat’ dan bentuk hubungan berkorelasi negatif (r AGC =-0,53, r BGC = -0,51). Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman jenisnya (H’), komunitas mangrove riparian yang memiliki nilai H’ lebih tinggi cenderung memiliki simpanan AGC dan BGC per pohon yang lebih tinggi dibandingkan dengan komunitas mangrove estuari. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui spesies yang dapat digunakan untuk meningkatkan potensi penyerapan karbon di hutan mangrove Timika, Papua.