digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Bella Rosseliene Pratiwi
PUBLIC Irwan Sofiyan

Pencegahan gangguan neurokognitif dapat dibantu melalui kegiatan permainan puzzle untuk mengaktivasi kemampuan kognitif. Penelitian oleh Fissler et al. (2017) yang melibatkan 100 responden menyatakan bahwa puzzle dapat digunakan untuk memperkaya kemampuan kognitif atau PACE (Puzzles as Cognitive Enrichment). Penelitian pengaruh bermain puzzle terhadap aktivitas otak dapat diketahui melalui perangkat EEG, oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola aktivitas gelombang otak secara real time saat bermain puzzle. Pengukuran dua gelombang otak, Beta dan Gamma, dilakukan melalui MUSE EEG di kanal temporoparietal kiri (TP9) dan kanan (TP10) saat naracoba bermain puzzle untuk mendapatkan nilai ABP (Absolute Brain Power). Sejumlah 6 naracoba (3 Laki-laki dan 3 Perempuan) berpartisipasi dalam penelitian ini bermain sebuah puzzle yang memiliki 7 jenis bentuk, dengan 20 potongan puzzle yang belum terpasang. Perekaman aktivitas gelombang otak naracoba dilakukan: (1) saat dalam kondisi tidak bermain puzzle (baseline) selama 1 menit, kemudian (2) dilanjutkan saat bermain puzzle dengan durasi maksimal 10 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas gelombang Gamma, untuk 5 naracoba di TP9 dan seluruh 6 naracoba di TP10, serta gelombang Beta untuk seluruh 6 naracoba di TP9 dan TP10 menunjukkan rerata ABP yang lebih tinggi secara nyata saat bermain puzzle dibandingkan dengan kondisi baseline (p<0,05). Analisis diantara kedua hemisphere otak membuktikan bahwa aktivitas gelombang Beta tidak berbeda nyata (p>0,05) untuk naracoba perempuan di semua perlakuan dan lebih tinggi pada hemisphere kanan untuk laki-laki di perlakuan bermain puzzle (p<0,05), sebaliknya aktivitas gelombang Gamma pada hemisphere kiri lebih tinggi daripada kanan (p<0,05) untuk perempuan dan laki-laki di semua perlakuan. Naracoba perempuan memiliki aktivitas gelombang Beta (kecuali perlakuan bermain puzzle TP10) dan Gamma (di setiap channel untuk semua perlakuan) yang lebih tinggi daripada laki-laki (p<0,05), hal ini menunjukkan aktivitas otak perempuan secara umum lebih tinggi daripada laki-laki. Namun demikian hasil ini bersifat sementara karena belum menggambarkan kemampuan kognisi berdasarkan penilaian keberhasilan, durasi, maupun kesalahan saat menyusun puzzle diantara kedua gender. Analisis kognisi saat menggunakan puzzle mengindikasikan perbedaan hemisphere otak, terutama melalui gelombang Gamma, dan menunjukkan perbedaan aktivitas otak yang berbeda pada Laki-laki dan Perempuan.