digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Alfauzan Amir
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER Alfauzan Amir
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 Alfauzan Amir
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 Alfauzan Amir
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB

BAB 3 Alfauzan Amir
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Alfauzan Amir
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB

PUSTAKA Alfauzan Amir
PUBLIC Irwan Sofiyan

Daerah penelitian terletak pada Daerah Panas Bumi Pantar-Gunung Sirung, Kecamatan Pantar Tengah, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Eksplorasi geologi telah dilakukan di daerah panas bumi ini dan ditemukan manifestasi panas bumi berupa tanah panas, air panas, fumarola, dan solfatara. Sistem panas bumi Pantar-Gunung Sirung ini dikaitkan dengan Gunungapi Sirung yang berumur Kuarter dan berpotensi untuk dikembangkan. Penelitian ini menggunakan data primer berupa 13 sampel batuan inti dari sumur pemboran landaian suhu PSR-1 dengan interval kedalaman 668 m. Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis petrologi, petrografi, inklusi fluida, dan X-Ray Diffraction (XRD). Didasarkan dengan hasil analisis tersebut diharapkan dapat menyimpulkan kondisi evolusi fluida hidrotermal pada daerah penelitian. Litologi pada sumur bor PSR-1 dibagi menjadi 6 satuan batuan, antara lain Satuan Batu Lapili Coklat (3 – 24 m), Satuan Breksi Tuf (24 – 170 m), Satuan Tuf Lapili (170 – 204 m), Satuan Batu Lapili Abu-abu (204 – 250 m), Satuan Breksi Andesit (250 – 480 m), dan Satuan Batu Lapili Hijau (480 – 670 m). Alterasi pada sumur bor PSR-1 dibagi menjadi 3 zona alterasi, antara lain Zona Oksida (3 – 24 m), Zona Smektit-Kaolin-Kuarsa-Kalsit (24 – 480 m), dan Zona Ilit-Serisit-Kuarsa-Klorit-Anhidrit (480 – 668 m). Analisis inklusi fluida urat kuarsa pada sumur PSR-1 menunjukkan temperatur homogenisasi 270 oC, temperatur leleh -2,4 oC, temperatur eutektik -11,4 oC, dan salinitas 4,24 wt % NaCl eq. Evolusi fluida hidrotermal di Daerah Panas Bumi Pantar-Gunung Sirung dibagi menjadi tiga fasa, yakni fasa pertama terjadi infiltrasi air meteorik yang terserap hingga lebih dalam dari 700 m. Air ini terpanaskan oleh aktivitas volkanik Gunung Sirung menjadi fluida hidrotermal bertemperatur 220 – 310 oC yang ditunjukkan oleh kehadiran mineral ilit dan serisit. Pada kedalaman 668 m, fluida hidrotermal mengalami proses pendidihan (boiling), hal ini ditunjukkan oleh kehadiran urat kuarsa bertekstur kisi berbilah (lattice bladed) yang mengandung inklusi berfasa dua. Temperatur homogenisasi pada inklusi fluida menunjukkan bahwa fluida hidrotermal bertermperatur lebih tinggi dari 270 oC. Fasa kedua, fluida hidrotermal kemudian mengalir ke atas dan mendingin hingga temperatur 100 – 160 oC yang ditunjukkan oleh kehadiran mineral smektit, kaolin, dan kristobalit pada kedalaman 24 hingga 480 m. Pada fasa ini fluida hidrotermal bercampur dengan air kondensat yang kaya akan HCO3, hal ini ditunjukkan oleh adanya paragenesis alterasi yaitu urat kalsit terbentuk setelah urat kuarsa. Fasa ketiga fluida hidrotermal terus mengalir ke atas dan mengalami penurunan temperatur hingga di bawah 60 oC, ditunjukkan oleh kehadiran manifestasi panas bumi di permukaan berupa Mata Air Panas Airmama bertipe bikarbonat.