Kelarutan merupakan salah satu parameter kritis yang menentukan ketersediaan
hayati obat dalam darah. Hampir sekitar 40% obat baru di pasaran mempunyai
kelarutan yang rendah dalam air. Hal ini tentu sangat mempengaruhi ketersediaan
hayatinya. Asam fenofibrat merupakan salah satu obat yang memiliki kelarutan
yang buruk dalam air, sehingga ketersediaan hayatinya pun sulit diprediksi. Untuk
mengatasi masalah kelarutan ini asam fenofibrat membutuhkan teknik untuk
meningkatkan kelarutannya. Solid self nanoemulsifying drug delivery system (S-
SNEDDS) merupakan salah satu teknik terbaru yang saat ini dikembangkan untuk
meningkatkan kelarutan obat-obat yang mempunyai kelarutan yang buruk di dalam
air. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan peningkatan kelarutan
obat dengan teknik ini, seperti pemilihan dan jumlah komponen minyak, surfaktan,
dan kosurfaktan serta adsorben dan metode yang digunakan dalam proses
solidifikasi SNEDDS menjadi S-SNEDDS. Sampai saat ini, belum ada penelitian
mengenai peningkatan kelarutan asam fenofibrat dengan teknik S-SNEDDS yang
disertai dengan uji ketersediaan hayati secara in vivo. Tujuan penelitian ini adalah
memformulasi asam fenofibrat dalam S-SNEDDS, dengan jenis dan jumlah yang
tepat dari minyak, surfaktan, kosurfaktan, dan adsorben serta metode solidifikasi
yang efisien. Selanjutnya dilakukan karakterisasi untuk melihat dan menjelaskan
pengaruh berbagai komponen S-SNEDDS terhadap sifat fisik dan disolusi asam
fenofibrat dalam formula SNEDDS. Formulasi terbaik diuji ketersediaan hayatinya
secara in vivo kepada subyek sehat. Penelitian ini juga mengetahui pengaruh S-
SNEDDS terhadap absorpsi dan ketersediaan hayati asam fenofibrat di dalam
darah.
Komponen minyak, surfaktan dan kosurfaktan ditentukan dengan uji kelarutan
asam fenofibrat dalam masing-masing komponen tersebut. Kelarutan asam
fenofibrat yang paling tinggi dalam masing-masing komponen dipilih sebagai
komponen SNEDDS. Khusus untuk pemilihan surfaktan, kemampuan emulsifikasi
dari surfaktan merupakan syarat dalam pemilihan surfaktan. Komponen SNEDDS
terpilih kemudian dibuat berbagai variasi konsentrasi dengan perbandingan
minyak:Smix (surfaktan dan kosurfaktan) mulai dari 1:9, 2:8, 3:7, 4:6, 5:5, 6:4, 7:3,
8:2, dan 9:1. Perbandingan minyak:Smix yang menghasilkan nanoemulsi (ukuran
globul <100 nm) setelah diencerkan dengan air kemudian dikonstruksikan dalam
diagram pseudoterner. Hasil dari diagram pseudoterner merupakan acuan untuk
optimasi formula SNEDDS yang mengandung asam fenofibrat. SNEDDS asam
fenofibrat kemudian dikarakterisasi yang meliputi ukuran globul, indeks
polidispersitas, zeta potensial, persen transmitan, waktu emulsifikasi spontan, uji
stabilitas fisik dipercepat, dan uji disolusi in vitro. Formula terbaik kemudian dilihat
bentuk globul dari nanoemulsi menggunakan Transmission Electron Microscopy
(TEM), dan uji spektroskopi Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR).
Formula terbaik SNEDDS selanjutnya disolidifikasi menjadi S-SNEDDS
menggunakan Neusilin® US2 dengan metode adsorpsi dan freeze-drying. S-
SNEDDS asam fenofibrat kemudian dikarakterisasi secara fisik yang meliputi
karakterisasi sifat padat menggunakan Powder X-Ray Diffraction (PXRD),
Differential Scanning Calorimetry (DSC), FTIR, Scanning Electron Microscopy
(SEM), serta ukuran globul setelah rekonstitusi, dan uji disolusi in vitro. Formula
S-SNEDDS asam fenofibrat terbaik dilakukan uji ketersediaan hayati kepada
subyek sehat yang dibandingkan dengan asam fenofibrat tablet (produk inovator).
Hasil uji pendahuluan (uji kelarutan asam fenofibrat dalam masing-masing
komponen) diperoleh minyak terpilih adalah Maisine® CC, dan Kollisolv® MCT
70, surfaktan terpilih adalah Kolliphor® RH 40, dan kosurfaktan terpilih adalah
PEG 400 dan Transcutol® HP. Selanjutnya dari optimasi formula berdasarkan
diagram pseudoterner diperoleh 16 formula yang terdiri dari formula F1-F8 dengan
komponen minyak, surfaktan, dan kosurfaktan masing-masing adalah Kollisolv®
MCT 70, Kolliphor® RH 40, dan PEG 400, Transcutol® HP. Sementara formula
Fa-Fh terdiri dari Maisine® CC, Kolliphor® RH 40, PEG 400, Transcutol® HP.
Berdasarkan hasil karakterisasi diperoleh F1 dan Fd sebagai formula terbaik dan
kemudian disolidifikasi dengan Neusilin® US2 dengan metode adsorpsi dan freezedry (SSa-SSd, dan SS1-SS4). Hasil karakterisasi sifat padat S-SNEDDS
menunjukkan terjadinya perubahan asam fenofibrat dari bentuk kristal menjadi
bentuk amorf setelah diformulasi menjadi S-SNEDDS yang dilihat dari hasil
pengujian menggunakan PXRD, DSC, dan SEM. Hasil spektrum FTIR
menunjukkan tidak terjadi interaksi secara kimia antara asam fenofibrat dengan
komponen-komponen dalam formula. Berdasarkan hasil karakterisasi dipilih SSd
dan SS1 sebagai formula terbaik. Selanjutnya SSd dan SS1 dioptimasi bobotnya
menjadi lebih efisien sehingga diperoleh 2 formula akhir S-SNEDDS asam
fenofibrat (FS1 dan FS2). Formula FS1 dan FS2 diuji disolusi secara in vitro (n=6)
dengan pembanding produk inovator tablet asam fenofibrat (FSt) dalam medium
asam pH 1,2, medium dapar asetat pH 4,5 dan medium dapar fosfat pH 6,8. Hasil
yang diperoleh menunjukkan disolusi FS1 dan FS2 lebih tinggi dibandingkan
dengan FSt yaitu sekitar 40% pada medium asam pH 1,2 dan pada medium dapar
asetat pH 4,5 sekitar 96 % dalam waktu 60 menit. Pada medium dapar fosfat pH
6,8 FS1, FS2, dan FSt menunjukkan disolusi sekitar 100% dalam waktu 60 menit.
Tahapan selanjutnya FS1, FS2, dan FSt dilakukan uji ketersediaan hayati kepada
12 subyek sehat dengan metode three way cross-over design. Hasilnya
menunjukkan FS1, FS2 memiliki Tmaks yang lebih cepat dibandingkan dengan FSt
(nilai p<0,05) yaitu masing-masing 0,96±0,438 jam, 0,71±0,445 jam dan
1,71±0,840 jam. Nilai Cmaks dan AUC0-t FS1, FS2, dan FSt tidak berbeda secara
signifikan dengan nilai p>0,05. Penelitian ini memberikan informasi bahwa S
SNEDDS mampu meningkatkan disolusi asam fenofibrat terutama pada medium
pH 1,2 dan pH 4,5, sehingga dapat meningkatkan kecepatan absorpsi obat ke dalam
darah.