ABSTRAK Romeiza Syafriharti
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 1 Romeiza Syafriharti
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 2 Romeiza Syafriharti
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 3 Romeiza Syafriharti
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 4 Romeiza Syafriharti
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 5 Romeiza Syafriharti
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 6 Romeiza Syafriharti
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 7 Romeiza Syafriharti
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
PUSTAKA Romeiza Syafriharti
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Peran ‘angkutan kota (angkot)’ dalam sistem transportasi umum di Kota Bandung
masih berpeluang untuk ditingkatkan, di antaranya sebagai feeder bagi angkutan
massal yang sudah ada maupun yang akan dikembangkan. Untuk itu, dibutuhkan
pemahaman tentang niat perilaku pengguna, karena niat tersebut secara langsung
akan memengaruhi perilaku pada masa yang akan datang. Pemahaman yang baik
tentang perilaku pengguna akan bermanfaat untuk mempertahankan pengguna
angkot yang sudah ada dan sekaligus untuk menarik permintaan potensial dari
pengguna moda lain terutama sepeda motor dan mobil yang jumlahnya terus
meningkat.
Berdasarkan kajian penelitian sebelumnya, ditemukan ada kesenjangan pada studi
tentang niat perilaku penggunaan angkutan umum. Pada umumnya studi terdahulu
fokus meneliti tentang aspek-aspek yang terkait dengan angkutan umum tersebut
seperti kualitas layanan, kepuasan, manfaat yang dirasakan, dan sebagainya.
Meskipun ada juga yang melakukan kajian tentang faktor psikososial, seperti
faktor-faktor dari theory of planned behavior (TPB), tetapi studi tentang walkability
di tempat asal dan di tempat tujuan belum banyak dipertimbangkan pada niat
perilaku penggunaan angkutan umum, terutama walkability di tempat tujuan.
Dengan adanya kesenjangan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memahami
secara utuh faktor-faktor yang memengaruhi niat perilaku penggunaan angkot
mulai dari asal sampai ke tujuan perjalanan, dengan mempertimbangkan
walkability, layanan angkot, dan faktor psikososial lainnya. Penelitian ini
difokuskan pada maksud perjalanan untuk bekerja di Kota Bandung.
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan menguji hipotesis
hubungan kausal antar variabel dalam model. Ada tiga model niat perilaku
penggunaan angkot yang dikembangkan, masing-masing adalah model ‘walkability
di lingkungan tempat tinggal’, model ‘walkability di lingkungan tempat bekerja’,
dan ‘model layanan angkot’. Pada kedua model walkability diuji pengaruh faktorfaktor walkability pada niat perilaku penggunaan angkot, yang terdiri dari ukuran
objektif walkability, persepsi tentang walkability dan kepuasan terhadap
walkability. Selain faktor-faktor walkability, dipertimbangkan juga faktor
psikososial, dalam hal ini attitude terkait berjalan. Untuk model layanan angkot,ii
diuji pengaruh variabel-variabel yang terdiri dari: ukuran objektif layanan angkot,
persepsi dan kepuasan tentang layanan angkot, serta attitude, perceived behavioral
control, dan subjective norm terhadap niat perilaku penggunaan angkot.
Dengan melibatkan variabel laten, maka structural equation modelling (SEM)
digunakan untuk menganalisis ketiga model niat perilaku penggunaan angkot.
Pengolahan dan analisis data memanfaatkan AMOS 24. Sesuai dengan konsep niat
perilaku, yaitu mempertahan pelanggan sambil menarik pelanggan baru, maka
pengembangan model dibedakan antara pengguna angkot dan bukan pengguna
angkot. Dengan dibedakannya setiap model untuk dua kelompok pengguna dan
bukan pengguna, diharapkan temuan studi dapat dimanfaatkan sebagai strategi
prioritas pengembangan angkot oleh pihak terkait.
Tidak semua teori yang berlaku pada niat perilaku angkutan umum yang diteliti di
negara lain berlaku pula pada studi niat perilaku penggunaan angkot di Bandung
ini. Temuan dari studi ini adalah: 1) Walkability yang diukur secara objektif
memengaruhi niat perilaku penggunaan angkot hanya pada model ‘walkability di
lingkungan tempat tinggal’ bagi pengguna angkot. 2) Walkability yang diukur
secara subjektif tidak memengaruhi niat perilaku penggunaan angkot sama sekali.
3) Kepuasan terhadap walkability hanya berpengaruh pada model ‘walkability di
lingkungan tempat tinggal’ bagi pengguna angkot. 4) Ukuran objektif layanan
angkot tidak ada pengaruhnya sama sekali pada niat perilaku penggunaan angkot.
5) Ukuran subjektif layanan angkot hanya berpengaruh pada niat perilaku
penggunaan angkot bagi kelompok bukan pengguna angkot. 6) Kepuasan terhadap
layanan angkot tidak ada pengaruhnya bagi kedua kelompok, pengguna ataupun
bukan pengguna angkot. 7) Attitude berpengaruh pada niat perilaku penggunaan
angkot di ketiga model, baik bagi kelompok pengguna maupun bukan pengguna
angkot. 8) Subjective norm memengaruh niat perilaku penggunaan angkot pada
model ‘layanan angkot’ bagi kelompok pengguna dan bukan pengguna angkot. 9)
Perceived behavioral control memengaruhi niat perilaku penggunaan angkot pada
model ‘layanan angkot’ secara tidak langsung melalui ukuran subjektif layanan
angkot hanya bagi kelompok bukan pengguna angkot.
Penelitian ini tidak saja bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk
pengembangan angkot dalam sistem transportasi umum, tetapi juga bagi khazanah
ilmu pengetahuan. Dengan masih terbatasnya penelitian yang melibatkan
walkability, terutama walkability di tujuan perjalanan pada niat perilaku
penggunaan angkutan umum, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi
nyata pada pemahaman yang lebih mendalam tentang pola hubungan yang terjadi
antara lingkungan terbangun dengan transportasi.