digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak : Tumpangsari merupakan salah satu bentuk pola penanaman ganda ("Multiple cropping") yang secara ekologi lebih menguntungkan dibandingkan dengan pola penanaman sejenis (Monokultur). Namun demikian petani pada umumnya saat ini lebih suka menanam secara monokultur karena dianggap lebih ekonomis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek penanaman ganda tanaman tomat dan paria terhadap pertumbuhan dan hasil panen. Metode penelitian menggunakan "replacement series" (de Witt, 1960) dan rancangan slip-plot. Untuk medium pertumbuhan digunakan dua jenis tanah yaitu tanah aluvial dari Soreang dan tanah andosol dari Lembang. Penanaman dilakukan dengan kombinasi kerapatan yang berbeda yaitu kerapatan total 4; 8; 12; dan 16. Pada masing-masing kerapatan dibuat 5 kombinasi kerapatan yang berbeda (monokultur dan tumpangsari). Pengamatan dilakukan selama 2,5 bulan hingga kedua jenis tumbuhan tidak berbuah lagi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tanaman tomat mencapai fase reproduktif pada hari ke 43 baik tanah aluvial maupun andosol, dan tanaman paria pada hari ke 43 (tanah aluvial) dan hari ke 48 (tanah andosol). Pertumbuhan vegetatif tanaman tomat terbaik diperoleh dari kombinasi 8 (2:6) pada tanah aluvial dengan nilai RYP ( Hasil Panen Relatif per Tanaman) berat kering taruk sebesar 3,11; dan kombinasi kerapatan 12(6:6) berat kering akar sebesar 2,37 pada tanah andosol serta kombinasi kerapatan 8(2:6) dengan nilai RYP berat kering tanaman sebesar 2,65 pada tanah aluvial. Pertumbuhan vegetatif tanaman paria terbaik diperoleh dari kombinasi 4 (3:1) pada tanah andosol dengan nilai RYP ( Hasil Panen Relatif per Tanaman) berat kering taruk sebesar 2,12 dan pada kombinasi kerapatan 16(8:8) dengan nilai RYP berat kering akar sebesar 1,62 pada tanah andosol serta kombinasi kerapatan 4 (3:1) dengan nilai RYP berat kering tanaman sebesar 2,03 pada tanah andosol. Jumlah buah tomat terbanyak diperoleh dari kombinasi kerapatan 16 (12:4) sebesar 63 buah dengan jumlah biji 5180 butir dari tanah andosol, dan jumlah buah paria terbanyak diperoleh dari kombinasi kerapatan 16(8:8) sebanyak 6 buah dengan jumlah biji 118 butir dari tanah andosol. Sedangkan pada tanaman monokultur paria kerapatan 16(0:16) baik pada tanah aluvial maupun andosol tidak berbuah. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penanaman ganda dapat memberikan efek terhadap pertumbuhan dan hasil panen yang lebih baik untuk tanaman tumpangsari dibandingkan dengan penanaman sejenis.