digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Kelvin Rachmad Andika
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Kelvin Rachmad Andika
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Kelvin Rachmad Andika
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Kelvin Rachmad Andika
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Kelvin Rachmad Andika
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Kelvin Rachmad Andika
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Kelvin Rachmad Andika
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Kelvin Rachmad Andika
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Rendahnya yield biosurfaktan merupakan salah satu kendala utama bagi pengaplikasian MEOR di industri perminyakan. Di antara berbagai macam metode yang telah digunakan, pengembangan galur melalui mutasi acak merupakan salah satu strategi yang sering diterapkan dalam industry karena dapat menghasilkan galur dalam waktu yang relatif lebih singkat dengan produksi surfaktan yang jauh lebih baik. Oleh karena itu, penelitian kali ini berupaya untuk mengaplikasikan pendekatan tersebut terhadap galur bakteri indigen sumur minyak X Indramayu, Jawa Barat, untuk mendapatkan galur dengan karakteristik produksi biosurfaktan yang lebih tinggi. Penelitian diawali dengan melakukan isolasi bakteri dan penapisan isolat dengan produksi biosurfaktan terbesar. Kemudian, iradiasi sinar UVC dalam rentang waktu 0-60 detik dilakukan terhadap isolat terpilih untuk mendapat galur mutan. Seleksi galur terhadap mutan yang didapatkan dilakukan melalui pengujian resistensi galur pada konsentrasi letal deterjen CTAB terhadap galur murni, pengukuran aktivitas emulsifikasi (EA), bacterial adhesion to hydrocarbon (BATH), dan persebaran minyak dengan metode oil spread method (OSM). Kurva pertumbuhan dan produksi biosurfaktan dilakukan untuk menganalisis karakteristik produksi biosurfaktan galur mutan dan galur murni. Uji aktivitas emulsifikasi pada rentang konsentrasi NaCl (0-10%), pH (2-12), dan temperatur (250C-950C) serta analisis gugus dengan FT-IR dilakukan untuk mengevaluasi efek mutasi terhadap perubahan struktur biosurfaktan. Stabilitas produksi mutan dan mutant fitness dilakukan hingga generasi ke-30 terhadap 4 parameter (produksi surfaktan, penurunan IFT, uji indeks emulsifikasi dan resistensi mutan terhadap CTAB). Hasil menunjukkan bahwa durasi pemaparan 3 detik menghasilkan galur mutan dengan produksi biosurfaktan yang meningkat. Galur mutan memiliki kapasitas produksi biosurfaktan (10,93±0,27 x10-8 mg/CFU) dan persentase penurunan IFT (25±1,3%) yang lebih tinggi daripada galur murni (6,19±0,05 x10-8 mg/CFU; 7,4±0,7%). Namun demikian, walaupun produksinya lebih tinggi, aktivitas emulsifikasi biosurfaktan galur mutan mengalami penurunan di semua rentang temperatur dan titik optimum emulsifikasi yang lebih rendah pada rentang konsentrasi NaCl. Namun demikian, analisis FT-IR menunjukkan tidak adanya perubahan gugus fungsi pada biosurfaktan mutan. Produksi biosurfaktan mutan stabil hingga generasi ke-30 namun mutant fitness mengalami penurunan seiring bertambahnya generasi. Mutasi lanjutan atau pengembangan galur lebih lanjut melalui adaptive laboratory evolution (ALE) dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi biosurfaktan dan mutant fitness