digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK El Qindy Qurota Ayun Reviellia
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB

Salah satu kasus pencemaran hutan mangrove yang terjadi di pesisir Pusakajaya Utara Karawang pada bulan Juli 2019 menunjukkan kondisi yang memprihatinkan, karena seluru permukaan ditutupi minyak bumi. Melihat kondisi tersebut, respon morfometrik (kesimetrisan) daun dari spesies Rhizophora apiculata dan Avicennia marina, sebagai spesies yang tumbuh di kawasan tersebut, dapat dijadikan sebagai salah satu parameter biologis untuk mengindikasikan besarnya kekuatan mangrove dalam menahan stress lingkungan berupa toksik dari hidrokarbon (PAH) yang terkandung dalam minyak bumi. Morfometrik daun dapat dilihat melalui dua cara, yaitu, dengan melihat persentase jumlah morfometrik yang tersebentuk atau besar pemencaran (keberagaman) nilai morfometrik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkirakan kemampuan spesies mangrove dalam menahan cekaman hidrokarbon melalui perbandingan nilai morfometrik antara Rhizophora apiculata dengan Avicennia marina. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan serap PAH R. apiculata (67,39%) dan A. marina (57,38%), dan secara berturut, sebanyak 51% dan 57,38% nilai morfometrik kedua spesies masuk ke dalam kisaran normalnya. Dilihat dari nilai pemencarannya, A. marina memiliki nilai yang lebih besar (16,6%) dibandingkan dengan R. apiculata (15,7%). Berdasarkan tingkatan hidup, persentase R. apiculata yang masuk ke dalam kisaran normal sebesar 55,6% (dewasa) dan 46,4% (muda), dan A. marina 55,5% (dewasa) dan 58,2% (muda), dengan masing-masing nilai keberagaman sebesar 15,41% (dewasa) dan 16,01% (muda) untuk R. apiculata serta 20,38% (dewasa) dan 12,77% (muda) untuk A. marina. Secara umum, walaupun A. marina menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari R. apiculata, selisih nilai morfometrik antara kedua spesies tersebut tergolong kecil/tipis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, tidak ada perbedaan yang nyata nilai morfometrik kedua spesies, karena selisih nilai yang tergolong tipis (tidak berbeda jauh), dan juga tidak dipengaruhi oleh tingkatan hidup, maka, hasil akhir penelitian menunjukkan bahwa kedua spesies memiliki kemampuan yang sama kuat dalam menopang cekaman hidrokarbon, sehingga, kedua spesies dapat direkomendasikan sebagai agen fitoremediasi, khususnya di area kajian ini.