digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Di Kepulauan Maluku, burung gosong maluku (Eulipoa wallacei) memiliki distribusi yang terbatas dan menghadapi ancaman pengambilan telur serta kerusakan habitat. Selain itu persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan telur burung gosong maluku juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kesintasan populasinya. Kesintasan populasi didefinisikan sebagai peluang bertahannya suatu populasi dalam interval waktu tertentu. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengestimasi kesintasan populasi burung yang dirumuskan sebagai berikut: (1) menentukan struktur dan dinamika populasi burung gosong maluku, (2) menentukan penggunaan habitat dan preferensi habitat burung gosong maluku, dan (3) mengukur pemanfaatan masyarakat terhadap burung gosong maluku. Penelitian dilakukan di Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah. Analisa struktur dan dinamika populasi burung menggunakan metode hitung langsung, radio tracking, eksperimen pertumbuhan individu, dan continuous recording sampling. Analisa habitat menggunakan analisis vegetasi dan radio tracking. Analisa pemanfaatan menggunakan metode wawancara dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur dan dinamika populasi burung gosong maluku berbeda antara kondisi pengambilan telur dan tanpa pengambilan telur oleh masyarakat. Populasi burung gosong maluku memiliki mortalitas yang rendah. Nilai natalitas, fekunditas, dan laju reproduksi bersih populasi burung lebih kecil pada kondisi pengambilan telur bila dibandingkan dengan kondisi tanpa pengambilan telur. Kecilnya parameter reproduksi populasi burung dalam kondisi pengambilan telur menyebabkan nilai koefisien intrinsik pertumbuhan populasi burung hanya sebesar 0,535 bila dibandingkan dengan koefisien intrinsik pertumbuhan populasi dalam kondisi tanpa pengambilan telur yang mencapai 1,200. Hasil ini menunjukkan bahwa populasi burung gosong maluku masih tetap bertumbuh dalam kondisi pengambilan telur yang terus berlangsung. Dari aspek penggunaan dan preferensi habitat, diidentifikasi bahwa anakan burung gosong maluku yang baru menetas memiliki penggunaan dan preferensi habitat yang berbeda dari anakan burung yang telah menetas sebelumnya dan juga burung dewasa. Dalam 24 jam pertama setelah menetas anakan burung menggunakan tipe habitat cocor bebek (Kalanchoe pinnata) - paku-pakuan (Nephrolepsis exalta) lahan kering, sedangkan dalam 24 jam kedua setelah menetas di habitat beluntas (Pluchea indica) - langsat (Lansium domesticum) lahan kering. Di sisi lain, burung dewasa menggunakan tipe habitat alang-alang (Imperata cylindrica) - rumput teki (Cyperus rotundus) lahan kering. Akibat dari perbedaan antara rasio luasan setiap tipe habitat yang digunakan burung terhadap luasan tipe habitat yang tersedia, maka preferensi habitat burung berbeda dari pola penggunaan habitatnya. Preferensi habitat tertinggi anakan burung dalam 24 jam pertama setelah menetas adalah di habitat alang-alang (Imperata cylindrica) - rumput teki (Cyperus rotundus) lahan kering. Setelah 24 jam kedua preferensi anakan burung dan burung dewasa adalah di habitat beluntas (Pluchea indica) - langsat (Lansium domesticum) lahan kering. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat setuju (86,67%) untuk mengambil telur burung walaupun dari aspek pengelolaan tidak menguntungkan secara ekonomi (net B/C = -1). Persepsi konservasi masyarakat terhadap burung tergolong sedang sedangkan partisipasi konservasi tergolong rendah untuk telur burung dan tergolong tinggi untuk habitat bersarang dan burung dewasa. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa rendahnya persepsi dan partisipasi konservasi masyarakat terhadap telur burung menyebabkan pengambilan telur burung terus berlangsung sehingga menurunkan nilai komponen reproduksi dan dinamika populasi burung. Penggunaan dan preferensi habitat anakan pada masamasa awal pertumbuhan di sekitar lokasi bersarang menentukan sintasan anakan menjadi dewasa. Berdasarkan nilai koefisien intrinsik pertumbuhan populasinya, penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam kondisi pengambilan telur yang terjadi saat ini populasi burung gosong maluku di Pulau Haruku masih tetap sintas. Upaya untuk menjaga dan meningkatkan kesintasan populasi burung dapat dilakukan melalui pembatasan jumlah telur yang diambil dan pemeliharaan habitat bersarang burung.