Abstrak :Kamojang merupakan lapangan panasbumi pertama yang dikembangkan di Indonesia. Pada awal pengembangan, 1983, merniliki kapasitas terpasang sebesar 30 MWe dengan total produksi 10,4 Mton, dan pada tahun 1987 dilakukan pengembangan untuk kapasitas terpasang 140 MWe dengan total produksi hingga tahun 1997 sebesar 98,3 Mton. Pengetolaan dan pemanfaatan energi panasbumi Kamojang tersebut memeriukan eksploitasi fluida dalam jumlah besar. Kegiatan ini dapat mengakibatkan terganggunya reservoir, yang berdampak pada penurunan potensi listrik yang dihasilkannya, oleh karenarrya perlu ditakukan konservasi energi melalui pengamatan secara periodik dan ekonomis.
Hilangnya massa fluida dalam reservoir akan tercermin dalam perubahan gravitasi di permukaan, sehingga dengan metoda gravitasi perubahan massa fluida tersebut dapat diamati.
Untuk kegiatan tersebut lapangan Kamojang yang telah memiliki 110 titik monitoring gravitasi yang tersebar di seturuh lapangan dengan satu titik ikat tetap sebagai base station, dan dilakukan monitoring dalam periode 1984-1988, 1988-1992, dan 1992-1 ~7.
Berda,arkan monitoring mikrogravitasi tersebut teriihat bahwa pada periode 1984-1988 perubahan massa fluida relatif stabil, yaitu sebesar 0,64 Mton. Sedangkan penurunan yang sangat besar terjadi dalam periode 1988-1992 sebesar -13,79, hal ini menunjukkan terjadinya pengurasan massa dalam reservoir. Dan dalam periode 1~2-1997 terlihat telah terjadi perbaikan kondisi di beberapa tempat dengan total perubahan rnassa sebesar -3,18 Mton. Hal tersebut terjadi akibat iambatnya aliran reinjeksi dan recharge air hujan yang akan mengisi kembali reservoir tersebut.
Untuk mengernbalikan reservoir pada kondisi fluida yang lebih balk diperlukan pengaktifan sumur KMJ-16, penambahan sumur reinjeksi KMJ-29, dan pengarnatan isotop secara periodik.