Urbanisasi telah menjadi permasalahan perkotaan yang bersumber dari
keterbatasan daya dukung lingkungan, dan telah berdampak pada aspek sosial dan
aspek ekonomi di kawasan perkotaan. Tantangan di perkotaan tersebut memotivasi
para peneliti untuk mempelari konsep pembangunan berkelanjutan. Dengan
meningkatnya teknologi informasi dan telekomunikasi, inisiatif smart city telah
mulai berkembang di Eropa, Amerika Utara, dan Asia sejak 2010. Pemerintah
Republik Indonesia telah mencanangkan program “Gerakan 100 Kota Cerdas
Indonesia” di 2017, yang menargetkan lima puluh kota cerdas di 2017, tujuh puluh
lima kota cerdas di 2018 dan seratus kota cerdas di 2019, untuk menciptakan
pembangunan perkotaan yang berkelanjutan yang mendukung perbaikan
kesejahteraan kehidupan penduduknya.
Riset ini bertujuan menemukan konstruk-konstruk utama, dan mengusulkan model
platform ecosystems untuk kota-kota cerdas di Indonesia. Riset studi kasus ini
menggunakan mixed methods dengan pendekatan disain eksploratori yang
menggabungkan penelitian kualitatif dan kuantitatif secara berurutan dalam
membangun model dan mengetes model. Studi literatur mengumpulkan hasil
penelitian sebelumnya mengenai kota cerdas dan mengumpulkan empat belas
model kota cerdas dari seluruh dunia dengan kurun waktu 2007 sampai dengan
2017. Fase kualitatif yang bersifat induktif digunakan pada saat membangun
model, dengan menggunakan teknik interview untuk mengidentifikasi praktikpraktik
yang telah dilakukan oleh para pemangku kepentingan kota cerdas di
Indonesia. Sepuluh interview telah dilaksanakan dari September 2018 sampai
dengan Februari 2019. Lima konstruk utama yakni Urban Systems, Political
Leadership, Smart Urban Services, Citizen Preferences, dan Policy
Responsiveness, terhubung dengan studi literatur sebelumnya. Terdapat sebuah
konstruk yakni, Cultural Systems, yang unik dan jarang disebut dalam penelitianpenelitan
sebelumnya, telah muncul dari penelitian ini dan telah dipraktikan oleh
para pemangku kepentingan di Indonesia. Model hipotesa yang dibangun dalam
fasa kualitatif ini terdiri dari enam konstruk utama, dua puluh tujuh dimensi dan
seratus sepuluh buah indikator dengan dua belas hipotesa yang akan diuji.
vi
Prosedur tes pilot dengan menggunakan teknik Partial Least Squares Structural
Equation Modelling (PLS-SEM) yang bertujuan untuk validasi kuesioner, telah
dilakukan dari Juli 2019 sampai dengan Agustus 2019. Seratus lima puluh satu
orang berpartisipasi dalam pilot tes. Data diolah dengan bantuan software Smart
PLS dan proses respesifikasi dilakukan selama pengolahan data. Beberapa
indikator dan dimensi ada yang dibuang dan sebagian lagi digabungkan. Nilai
Average Variance Extracted (AVE) berkisar dari nilai 0.575 sampai dengan 0.844,
dan nilai Composite Reliability (CR) berkisar dari nilai 0.905 sampai dengan
0.968, yang mencerminkan nilai reliabilitas dan validitas yang sangat baik. Hasil
final dari tes pilot adalah kuesioner yang mewakili enam konstruk utama, dua puluh
enam dimensi dan sembilan puluh delapan indikator, dan sudah siap untuk di tes
secara penuh pada sampel yang besar di lapangan.
Final survei dilakukan di enam kota utama di Indonesia, yakni Medan, Jakarta,
Semarang, Surabaya, Makassar dan Samarinda, dari Oktober 2019 sampai dengan
November 2019. Kota-kota tersebut tergabung dalam “Gerakan 100 Kota Cerdas
Indonesia”, dan merupakan kota-kota besar yang mewakili empat pulau utama di
Indonesia dengan penduduknya yang memiliki Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) yang tinggi. Data dari 1021 responden dikumpulkan dalam survei tersebut.
Terdapat seratus enam puluh delapan responden atau lebih di setiap kota. Dalam
setiap kategori pemangku kepentingan terdapat empat puluh responden dan hal ini
memenuhi kriteria jumlah minimum tiga puluh responden seperti yang disyaratkan
oleh Central Limit Theorem agar sampel mencapai distribusi normal.
Studi ini menggunakan strategi Model Generating (MG) dengan Teknik
Covariance-Based Structural Equation Modelling (CB-SEM) untuk mengetes
model. Tes normalitas dan outliers dilakukan untuk memastikan bahwa data
terdistribusi normal dan tidak terdapat outlier dalam data. Confirmatory Factor
Analysis (CFA) mengecek validitas model pengukuran. Analisa CFA
memperlihatkan model fit yang sangat baik, sebagaimana yang diperlihatkan oleh
nilai ?2/DF sebesar 2.339. Pengecekan lebih jauh menyatakan tidak terdapat
multikolinearitas. Proses respesifikasi menggunakan software AMOS mencapai
hasil dengan model yang baik, sebagaimana yang ditunjukkan oleh nilai parameter
Comparative Fit Index (CFI) sebesar 0.903, The Tucker-Lewis Index (TLI) sebesar
0.900, The Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) sebesar of 0.036.
Keseluruhan factor loadings nilainya berkisar di angka 0.622 to 0.798. Hasil
tersebut memperlihatkan nilai reliabilitas dan validitas yang memuaskan.
Analisa model struktural memperlihatkan nilai hubungan kausal antara seluruh
konstruk dengan nilai statistik yang sangat signifikan. Investigasi terhadap dua
belas hipotesa menghasilkan sepuluh (10) hipotesa diterima dan dua (2) hipotesa
ditolak. Terdapat sebuah hubungan kausal yang negatif diantara Urban Systems
ke Smart Urban Services yang menyebabkan ditolaknya hipotesa H3 dan H4.
Berdasarkan penelitian lebih dalam ke hasil data-data survei, kami menduga
terdapat permasalahan dalam aspek Urban Systems di beberapa kota-kota yang
menyebabkan persepsi negatif dari respondennya. Penjelasan atas kemungkinanvii
kemungkinan penyebab hal tersebut kemudian dihubungkan dengan teori dasar
yang ada. Prosedur triangulasi dilakukan untuk membandingkan hasil kualitatif
dan kuantitatif dengan hasil uji hipotesa. Implikasi kebijakan dan usul penelitian
masa mendatang disampaikan sebagai bagian dari kesimpulan penelitian.
Riset ini mengklaim sebuah konstruk baru, Cultural Systems bersama dimensidimensi
dan indikatornya yang memiliki reliabilitas dan validitas yang baik,
sebagai novelti yang memperluas badan keilmuan pembangunan kota yang
berkelanjutan.
Kata kunci: platform ecosystems; kota cerdas; pembangunan kota berkelanjutan;
cultural systems