digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Mirawati
PUBLIC Open In Flip Book yana mulyana

COVER Mirawati
PUBLIC Open In Flip Book yana mulyana

BAB 1 Mirawati
PUBLIC Open In Flip Book yana mulyana

BAB 2 Mirawati
PUBLIC Open In Flip Book yana mulyana

BAB 3 Mirawati
PUBLIC Open In Flip Book yana mulyana

BAB 4 Mirawati
PUBLIC Open In Flip Book yana mulyana

BAB 5 Mirawati
PUBLIC Open In Flip Book yana mulyana

PUSTAKA Mirawati
PUBLIC Open In Flip Book yana mulyana

Saat ini penggunaan herbal sebagai obat pelengkap dan/atau alternatif semakin populer di seluruh dunia. Herbal sering diberikan dalam kombinasi dengan obat terapeutik yang berpotensi menyebabkan interaksi obat-herbal. Beberapa penelitian menunjukkan manfaat herbal sebagai pelengkap obat terapeutik, termasuk dalam pengobatan diabetes melitus (DM). Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme dengan prevalensi yang tinggi dan berdasakan laporan WHO menunjukkan bahwa pada tahun 2015 diabetes adalah penyebab langsung kematian 1,6 juta orang didunia. Kulit buah manggis adalah salah satu herbal yang memiliki efek antihiperglikemia. Penggunaan ekstrak kulit buah manggis (EM) dalam pengobatan DM membutuhkan informasi mengenai efikasi, keamanan dan interaksi yang terjadi bila digunakan secara bersama-sama dengan obat antihiperglikemia oral. Interaksi yang mungkin terjadi adalah interaksi secara farmakokinetik maupun secara farmakodinamik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik antara EM dengan obat antihiperglikemia oral pada tikus DM dan mengetahui mekanisme interaksi yang terjadi. Alfa mangostin (AM) yang merupakan xanton yang paling melimpah dalam kulit buah manggis dan juga memiliki efek sebagai antihiperglikemia digunakan sebagai marker. Penelitian dilakukan terhadap tiga model hewan yaitu tikus normal, tikus DM induksi aloksan (DMIA) dan tikus DM resisten insulin (DMRI). Obat antihiperglikemia yang digunakan adalah gliklazid (GK) dari golongan sulfonilurea dan metformin (MFN) dari golongan biguanid. Interaksi farmakokinetik ditentukan berdasarkan perbandingan profil dan parameter farmakokinetik dari hewan coba yang diberikan tunggal dengan pemberian secara bersama-sama obat antihiperglikemia oral dengan EM. Sedangkan interaksi farmakodinamik ditentukan berdasarkan perbandingan persen penurunan konsentrasi glukosa darah dan kurva hubungan farmakokinetikfarmakodinamik. Profil dan parameter farmakokinetik ditentukan berdasarkan hasil analisis kadar gliklazid, metformin dan alfa mangostin dalam plasma dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Kadar glukosa darah ditentukan dengan metode GOD-PAP. Profil farmakokinetik gliklazid mengikuti model oral dua kompartemen baik pada tikus normal maupun DMIA. Begitu juga pada pemberian tunggal maupun kombinasi dengan AM dan EM. Absorpsi dan distribusi dari gliklazid pada tikus normal dipengaruhi oleh AM dan EM tetapi tidak pada tikus DM. Nilai ?dan Ka menurun secara signifikan (p<0,05), nilai t1/2?, t maks, Vd?, Cl dan AUC meningkat secara signifikan (p<0,05). Efek samping (hipoglikemik) dihilangkan dan efek antihiperglikemia gliklazid menurun dengan adanya AM dan EM. Metformin memiliki profil farmakokinetik mengikuti model oral dua kompartemen. Model ini tidak berubah dengan pemberian kombinasi dengan AM dan EM maupun pada kondisi tikus DMIA. Akan tetapi pada tikus DMRI menunjukkan puncak ganda. Kondisi DM meningkatkan bioavalabilitas metformin dua kali lipat dibandingkan kondisi normal. AM dan EM meningkatkan t1/2?dari metformin pada tikus normal dan DMRI. Sedangkan pada tikus DMIA, EM meningkatkan distribusi dan klirens, sehingga AUC menurun secara signifikan (p<0,05). AM dan EM meningkatkan efek antihiperglikemia metformin baik pada tikus normal, DMIA dan DMRI. Mula kerja metformin dipercepat pada tikus DMIA dan peningkatan durasi kerja metformin pada tikus DMRI. Profil farmakokinetik AM setelah pemberian tunggal dan EM tidak berubah pada tikus normal, DMIA dan DMRI, demikian juga pada pemberian bersama dengan gliklazid dan metformin. Pemberian bersama metformin dan AM/EM mempengaruhi eliminasi AM pada tikus DMIA. Alfa mangostin memiliki efek antihiperglikemia yang cukup poten baik pada tikus normal maupun DMIA. Sedangkan ekstrak kulit buah manggis tidak memiliki efek pada tikus normal dan memiliki efek yg kecil pada tikus DMIA dan DMRI. Penelitian ini menghasilkan data mengenai interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik AM dan EM dengan obat antihiperglikemia oral pada kondisi normal, DMIA dan DMRI. Kombinasi AM dan EM dengan gliklazid kurang memberi manfaat dibandingkan kombinasi AM atau EM dengan metformin. AM dapat menjadi obat alternatif pada pengobatan DM terutama jika bioavailabilitasnya dapat ditingkatkan. EM hanya dapat digunakan sebagai obat komplemen terutama dengan metformin karena meningkatkan efek dan mempercepat mula kerja metformin.