Saat ini penggunaan herbal sebagai obat pelengkap dan/atau alternatif semakin
populer di seluruh dunia. Herbal sering diberikan dalam kombinasi dengan obat
terapeutik yang berpotensi menyebabkan interaksi obat-herbal. Beberapa penelitian
menunjukkan manfaat herbal sebagai pelengkap obat terapeutik, termasuk dalam
pengobatan diabetes melitus (DM). Diabetes mellitus adalah gangguan
metabolisme dengan prevalensi yang tinggi dan berdasakan laporan WHO
menunjukkan bahwa pada tahun 2015 diabetes adalah penyebab langsung kematian
1,6 juta orang didunia.
Kulit buah manggis adalah salah satu herbal yang memiliki efek antihiperglikemia.
Penggunaan ekstrak kulit buah manggis (EM) dalam pengobatan DM
membutuhkan informasi mengenai efikasi, keamanan dan interaksi yang terjadi bila
digunakan secara bersama-sama dengan obat antihiperglikemia oral. Interaksi yang
mungkin terjadi adalah interaksi secara farmakokinetik maupun secara
farmakodinamik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi
farmakokinetik dan farmakodinamik antara EM dengan obat antihiperglikemia oral
pada tikus DM dan mengetahui mekanisme interaksi yang terjadi. Alfa mangostin
(AM) yang merupakan xanton yang paling melimpah dalam kulit buah manggis
dan juga memiliki efek sebagai antihiperglikemia digunakan sebagai marker.
Penelitian dilakukan terhadap tiga model hewan yaitu tikus normal, tikus DM
induksi aloksan (DMIA) dan tikus DM resisten insulin (DMRI). Obat
antihiperglikemia yang digunakan adalah gliklazid (GK) dari golongan sulfonilurea
dan metformin (MFN) dari golongan biguanid.
Interaksi farmakokinetik ditentukan berdasarkan perbandingan profil dan
parameter farmakokinetik dari hewan coba yang diberikan tunggal dengan
pemberian secara bersama-sama obat antihiperglikemia oral dengan EM.
Sedangkan interaksi farmakodinamik ditentukan berdasarkan perbandingan persen
penurunan konsentrasi glukosa darah dan kurva hubungan farmakokinetikfarmakodinamik. Profil dan parameter farmakokinetik ditentukan berdasarkan hasil
analisis kadar gliklazid, metformin dan alfa mangostin dalam plasma dengan
menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Kadar glukosa darah
ditentukan dengan metode GOD-PAP.
Profil farmakokinetik gliklazid mengikuti model oral dua kompartemen baik pada
tikus normal maupun DMIA. Begitu juga pada pemberian tunggal maupun
kombinasi dengan AM dan EM. Absorpsi dan distribusi dari gliklazid pada tikus
normal dipengaruhi oleh AM dan EM tetapi tidak pada tikus DM. Nilai ?dan Ka
menurun secara signifikan (p<0,05), nilai t1/2?, t maks, Vd?, Cl dan AUC
meningkat secara signifikan (p<0,05). Efek samping (hipoglikemik) dihilangkan
dan efek antihiperglikemia gliklazid menurun dengan adanya AM dan EM.
Metformin memiliki profil farmakokinetik mengikuti model oral dua
kompartemen. Model ini tidak berubah dengan pemberian kombinasi dengan AM
dan EM maupun pada kondisi tikus DMIA. Akan tetapi pada tikus DMRI
menunjukkan puncak ganda. Kondisi DM meningkatkan bioavalabilitas metformin
dua kali lipat dibandingkan kondisi normal. AM dan EM meningkatkan t1/2?dari
metformin pada tikus normal dan DMRI. Sedangkan pada tikus DMIA, EM
meningkatkan distribusi dan klirens, sehingga AUC menurun secara signifikan
(p<0,05). AM dan EM meningkatkan efek antihiperglikemia metformin baik pada
tikus normal, DMIA dan DMRI. Mula kerja metformin dipercepat pada tikus DMIA
dan peningkatan durasi kerja metformin pada tikus DMRI.
Profil farmakokinetik AM setelah pemberian tunggal dan EM tidak berubah pada
tikus normal, DMIA dan DMRI, demikian juga pada pemberian bersama dengan
gliklazid dan metformin. Pemberian bersama metformin dan AM/EM
mempengaruhi eliminasi AM pada tikus DMIA. Alfa mangostin memiliki efek
antihiperglikemia yang cukup poten baik pada tikus normal maupun DMIA.
Sedangkan ekstrak kulit buah manggis tidak memiliki efek pada tikus normal dan
memiliki efek yg kecil pada tikus DMIA dan DMRI.
Penelitian ini menghasilkan data mengenai interaksi farmakokinetik dan
farmakodinamik AM dan EM dengan obat antihiperglikemia oral pada kondisi
normal, DMIA dan DMRI. Kombinasi AM dan EM dengan gliklazid kurang
memberi manfaat dibandingkan kombinasi AM atau EM dengan metformin. AM
dapat menjadi obat alternatif pada pengobatan DM terutama jika bioavailabilitasnya
dapat ditingkatkan. EM hanya dapat digunakan sebagai obat komplemen terutama
dengan metformin karena meningkatkan efek dan mempercepat mula kerja
metformin.