Latar Belakang: Pentingnya pengukuran fisiologi sebagai dasar acuan untuk
menentukan bibit-bibit atlet olahraga. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan
membandingkan antara karakteristik fisiologi finswimmer dan komunitas selam
dalam melakukan performa apnea dan dynamic apnea. 6 atlet laki-laki PELATDA
selam Jawa Barat dan 6 orang laki-laki dari Komunitas Selam Apnea Culture ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini. Metode: Kedua grup melakukan uji
laboratorium dan uji nomor perlombaan. Dalam uji laboratorium dilakukan
pengukuran antropometri, pengukuran kapasital vital paru (FVC), pengukuran
kadar asam laktat dalam darah, pengukuran VO2max dan pengukuran denyut jantung,
sedangkan dalam uji nomor perlombaan dilakukan pengukuran kadar asam laktat
dalam darah dan 2 nomor perlombaan yaitu nomor apnea dan dynamic apnea.
Hasil: Temuan dalam studi ini menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada
pengukuran antropometri antara kedua grup, usia (p=0,734), tinggi badan (p=0,860), berat
badan (p=0,250), lemak tubuh (p=0,327), dan BMI (p=0,658). Sama seperti karakteristik
antropometri, dibuktikan dengan uji ANOVA pengukuran VO2max dengan nilai p-value
sebesar 0,641 dan pada pengukuran FVC dengan nilai p-value sebesar 0,292 ANOVA
mengungkapkan tidak adanya signifikan antara kedua grup. Terdapat perbedaan signifikan
antara finswimmer dan komunitas selam, dimana finswimmer lebih cepat pada nomor apnea
dibandingkan komunitas selam (p=0,007). Sedangkan pada disiplin dynamic apnea grup
komunitas selam lebih unggul dibandingkan dengan finswimmer (p=0,047). Kesimpulan:
Karakteristik fisiologi finswimmer dan komunitas selam memang sama namun untuk
mendapatkan performa yang maksimal dalam setiap masing-masing kategori (apnea dan
dynamic apnea) pelatih tidak dapat mengambil teknik crossover dalam menentukan atlet
yang turun pada kedua nomor tersebut. Hal ini dikarenakan dibutuhkannya latihan yang
sesuai dan berkesinambungan untuk menciptakan atlet yang berprestasi setiap nomor
perlombaan.