digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak: Di banyak negara, sektor pangan merupakan sektor yang selalu menjadi sasaran intervensi pemerintah. Berbagai kebijakan dan strategi telah dilakukan kebanyakan negara-negara dunia sebagai perwujudan dari intervensi tersebut. Indonesia, dalam hal ini juga melakukan langkah-langkah intervensi yang dianggap penting bagi kepentingan sektor pangan nasional. Salah satu wujud intervensi yang terpenting adalah dengan memberikan subsidi pada harga pupuk, suatu langkah kebijakan intervensi yang dianggap realistis. Praktisnya intervensi pemerintah di sektor pangan, khususnya beras, telah dilakukan pemerintah Indonesia sejak awal kemerdekaannya dengan memberikan subsidi terhadap beras. Supply beras unntk memenuhi kebutuhan dalam negeri sangat kuat tergantung pada impor. Disadari oleh pemerintah bahwa kecukupan ketersediaan pangan dalam negeri merupakan faktor yang sangat penting untuk kestabilan hidup bernegara. Sejak tahun 1970 pengaturan terhadap harga beras sangat kuat yang diformulasikan dan dilaksanakan dalam suatu skema kebijakan subsidi yang menyeluruh. Hasil dari kebijakan ini telah menjadikan Indonesia menjadi negara yang mampu berswasembada pangan, khususnya beras. Program-program ekstensifikasi dan intensifikasi produksi beras yang dilakukan merupakan faktor penting yang memungkinkan Indonesia mencapai kondisi yang demikian. Upaya-upaya yang intensif yang dilakukan untuk mendukung program tersebut adalah melalui pemakaian pupuk kimia yang intensif pula dan ini merupakan suatu strategi utama dari keberhasilan program tersebut. Untuk mendorong pemakaian pupuk kimia tersebut pemerintah memberikan subsidi pada harga pupuk tersebut. Oleh sebab itu kajian ini di arahkan untuk mengenali pengaruh subsidi tersebut dalam perekonomian beras dan dampak lanjutannya pada perekonomian secara keseluruhan. Pertama, tinjauan diarahkan pada sisi permintaan dan penawaran beras, kemudian mengidentifikasi pengaruh subsidi tersebut pada berbagai kelompok masyarakat. Selanjutnya ditelaah apakah subsidi tersebut mampu mendorong perekonomian secara keseluruhan ke arah perkuatan struktur perekonomian Indonesia. Terakhir ditelaah apakah dampaknya bila subsidi tersebut ditiadakan, kelompok-kelompok mana yang paling merasakan dampaknya. Dengan rangkaian telaah tersebut dicoba untuk dikenali dan diungkapkan peran dan posisi pertanian dalam perekonomian secara keseluruhan. Dari hasil studi yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada dasarnya petani tidak terpengaruh oleh perubahan harga pupuk, sejauh harga pupuk tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan nilai tukar petani tersebut. 2. Sedangkan terhadap konsumen beras terlihat pengaruh yang tidak sama antar berbagai kelompok pendapatan dalam masyarakat. Pada kelompok masyarakat menengah ke bawah, harga beras terlihat memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap pemenuhan kalori per kapita per hari yang berasal dari beras. Pada kelompok menengah ke atas terjadinya perubahan harga beras tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat konsumsi mereka. 3. Anggapan bahwa kebijakan pemberian subsidi terhadap harga pupuk merupakan suatu kebijakan yang bersifat distortif, tampaknya tidak sepenuhnya dapat dibenarkan. Kebijakan tersebut pada awalnya, dari sisi produksi pangan sendiri, telah mampu mencukupkan kebutuhan permintaan dalam negeri. Secara makro, kebijakan tersebut mampu pula mendukung terlaksananya transformasi struktural dalam perekonomian Indonesia. Masalahnya bukan terletak pada kebijakan subsidi tersebut, tetapi pada penggunaan kebijakan tersebut sebagai sebuah platform untuk melegitimasi ketentuan kebijakan yang keliru di sektor-sektor sekunder dan tersier, dan gagal untuk menstimulasi kedua sektor tersebut untuk memperkuat platformnya dalam upaya membangun daya saingnya. Pada akhirnya kebijakan tersebut telah menciptakan suatu situasi, dimana sektor-sektor modern yang berbasis impor menikmati subsidi dari sektor pertanian dan didukung oleh sektor primer yang tradisionalis. Situasi ini telah menciptakan suatu kondisi perekonomian yang rentan terhadap faktor-faktor eksternal, karena sistem ekonominya tidak dibangun pada platform yang berbasiskan kekuatan sumberdaya dan potensi dalam negeri yang lebih mudah dikontrol, tetapi lebih banyak pada dukungan eksternal yang sulit untuk dikendalikan.