Flotasi adalah pemisahan mineral dengan memanfaatkan perbedaan sifat permukaannya. Dalam
perkembangannya, flotasi banyak digunakan pada industri pengolahan mineral. Proses flotasi dapat
dilakukan dengan bantuan reagen kimia untuk meningkatkan kemampuan mineral untuk dapat
dipisahkan. Merebaknya isu lingkungan menyebabkan penggunaan reagen kimia saat ini sudah dibatasi
penggunaannya. Oleh karena itu, diperlukan metode pengolahan yang ramah lingkungan dan murah
sebagai alternatif pengganti reagen kimia dengan memanfaatkan mikroorganisme sebagai bioreagen.
Proses bioflotasi menggunakan bakteri mixotrof saat ini telah dipelajari dan dikembangkan secara luas,
namun untuk pengaplikasian pada bijih emas sulfida masih sangat terbatas. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh variabel pH, persen inokulum bakteri, adaptasi bakteri, dan jenis
bakteri pada bioflotasi emas sulfida.
Dalam penelitian ini, diawali dengan melakukan pemilihan bakteri dan media tumbuh yang sesuai untuk
proses bioflotasi. Pengujian nilai emulsifying index (%EI) juga dilakukan untuk menunjukkan bakteri
sebagai penghasil biosurfaktan yang memberikan pengaruh terhadap penurunan tegangan permukaan
yang mempengaruhi pengapungan maupun pengendapan mineral pirit maupun bijih emas sulfida.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan 13 (tiga belas) bakteri yang dimulai dari kurva tumbuh
hingga percobaan mikroflotasi. Kandungan mineral pada bijih emas sulfida dianalisis menggunakan Xray diffraction (XRD) dan X-ray fluorescence (XRF). Dilakukan juga analisis scanning electron
microscopy-energy dispersive spectroscopy (SEM-EDS) untuk mengetahui partikel emas yang
terinklusi di dalam mineral pirit, sedangkan pengujian nilai kadar emas menggunakan ICP-OES
(Inductively coupled plasma-optical emission spectrometry). Dua strain bakteri yang digunakan dalam
percobaan mikroflotasi yaitu Bacillus altitudinis strain SKC/S-8 dan Citrobacter freundii SKC/S-4
dimana kedua kultur murni bakteri ini dibandingkan juga dengan kultur yang diadaptasikan dengan pirit
dan bijih emas sulfida. Variabel lain yang dianalisis adalah pengaruh pH dan % inokulum bakteri
terhadap kadar dan rekoveri Au dalam endapan (sink). Masing-masing variasi percobaan dianalisis
kadar dan rekoverinya untuk memperoleh kondisi optimum.
Hasil interaksi bakteri Paenibacillus pasadenensis strain SKC/S-3, Bacillus altitudinis strain SKC/S-8
dan Citrobacter freundii strain SKC/S-4 dengan mineral pirit berpengaruh terhadap kenaikan nilai sudut
kontak pirit. Hasil yang bertolak belakang ditunjukkan oleh bakteri yang telah diadaptasikan dengan
mineral pirit ketika proses inkubasi dimana Paenibacillus pasadenensis strain SKC/S-3 dan Bacillus
altitudinis strain SKC/S-8 menyebabkan penurunan sudut kontak yang cukup signifikan dan
Citrobacter freundii strain SKC/S-4 menyebabkan kenaikan sudut kontak. Percobaan mikroflotasi bijih
emas sulfida dengan berbagai variasi memberikan pegaruh yang berbeda-beda. Kecenderungan bakteri
bekerja pada pH asam menghasilkan kinerja yang optimum terhadap kadar maupun rekoveri dan
demikian juga dengan konsentrasi sel bakteri (% inokulum). Variasi adaptasi bakteri dengan mineral
pirit dan bijih tidak terlalu mempengaruhi kenaikan kadar secara signifikan. Pada percobaan ini
diperoleh rekoveri tertinggi yaitu dengan menggunakan bakteri Citrobacter freundii strain SKC/S-4
sebesar 93% dengan enrichment ratio (ER) yang diperoleh hanya 1,073. Peningkatan kadar terbaik
yaitu menggunakan bakteri Bacillus altitudinis strain SKC/S-8 dengan ER hampir dua kali kadar awal
yaitu sebesar 1,82 pada pH 3, dengan kultur murni dan konsentrasi bakteri 10%.