Provinsi Sumatera Selatan merupakan daerah dengan potensi batu bara terbesar di
Indonesia dimana pada Tahun 2015, jumlah sumber daya batu bara di Sumatera
Selatan menempati peringkat pertama di Indonesia dengan jumlah 51.901,93 ton
(Bappenas, 2019). Untuk mengangkut hasil tambang batu bara tersebut, umumnya
angkutan batu bara di Sumatera Selatan menggunakan mobil truk sebelum dibawa
dengan kapal tongkang batu bara menuju ke lokasi konsumen. Hal ini
mengakibatkan kerusakan jalan, kemacetan, polusi dan naiknya angka kecelakaan
lalu lintas.
Agar potensi angkutan sungai terutama untuk angkutan barang dapat termanfaatkan
dengan baik serta mengurangi berbagai permasalahan pada angkutan barang di
jalan raya maka diperlukan upaya mengintegrasikan antara jaringan angkutan
sungai dengan jaringan angkutan jalan dan angkutan kereta api. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan pada
angkutan jalan tersebut adalah melakukan integrasi dengan jenis angkutan lain yang
ada, terutama kereta api dan angkutan perairan.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat pemodelan biaya angkutan batu bara
melalui angkutan truk, kereta api dan angkutan sungai dengan mempertimbangkan
berbagai faktor yang terjadi di lapangan untuk diformulasikan menjadi suatu fungsi
yang bisa dipertimbangkan secara kuantitatif dalam rangka perbandingan dan
pemilihan berbagai rute jaringan angkutan batu bara yang efisien dari aspek biaya.
Dari simulasi yang telah dilakukan, rute dengan menggunakan angkutan truk -
sungai adalah yang paling kombinasi rute yang paling tinggi biaya per ton
muatannya adalah apabila menggunakan angkutan truk untuk kemudian dilanjutkan
dengan menggunakan tongkang kecil (1.500 ton) melalui Sungai Lematang yang
merupakan sungai di pedalaman dan berada di sekitar kawasan tambang dengan
biaya umum sebesar Rp 11.102.102/ton. Adapun rute dengan menggunakan
angkutan truk - kereta api - sungai adalah yang paling murah yakni sebesar Rp
8.24.729/ton.2
Untuk meningkatkan peran angkutan sungai maka diperlukan berbagai kebijakan
antara lain mengalihkan biaya kegiatan pengerukan dan peninggian lantai jembatan
yang melintang di atas sungai kepada Pemerintah serta mengalihkan biaya
konstruksi dan pemeliharaan jalan kepada pengusaha angkutan truk batu bara. Hal
ini akan berpotensi pada menurunnya biaya umum (generalized cost) pada rute
yang menggunakan angkutan sungai sehingga bisa bersaing dan akan bertambahnya
minat pengguna jasa untuk menggunakan rute yang menggunakan angkutan sungai
dan angkutan kereta api.