yang cepat. Perkembangan tersebut mengakibatkan perubahan fungsi lahan, dan
peningkatan jumlah kawasan terbangun sehingga mengurangi area-area yang
dapat menyerap air. Kampus USU adalah salah satu kawasan pendidikan yang
dibangun di atas lahan yang dahulunya merupakan lahan sawah. Topografi pada
kampus ini juga relatif datar dengan kemiringan 0,25% sehingga air mengalir
cenderung sangat lambat. Selain itu terdapat 3 drainase sekunder pada tapak yang
menghubungkan drainase tersier dengan salah satu drainase primer Kota Medan,
yaitu Sungai Babura. Aspek perubahan fungsi lahan, topografi, dan drainase
sangat mempengaruhi timbulnya air limpasan pada Kampus USU.
Mengelola air limpasan hujan dapat dilakukan dengan merancang ruang terbuka
biru dan hijau yang dapat menyerapkan dan menampung air limpasan sehingga air
yang dialirkan ke Sungai Babura berkurang kuantitasnya dan dapat memperbaiki
kualitas air. Perancangan lanskap pada ruang terbuka dengan prinsip pengelolaan
air hujan mampu mengingkatkan nilai ekologi pada lingkungan kampus, sehingga
dapat menjadi percontohan dalam merancang lingkungan yang adapif terhadap
banjir.