Ketokonazol merupakan salah satu antijamur yang memiliki aktivitas antijamur terhadap
beberapa spesies jamur, salah satunya Candida albicans. Akhir-akhir ini, sintesis kompleks
antibiotik dengan logam telah dilaporkan. Ketokonazol juga dilaporkan dapat membentuk
suatu kompleks dengan logam ruthenium (II) dimana aktivitasnya menjadi meningkat dan
spektrum aktivitasnya juga meluas. Penelitian ini bertujuan untuk membentuk kompleks
ketokonazol menggunakan logam lain yaitu Mn (II) dan Zn (II) agar diperoleh aktivitas
antijamur yang lebih baik dibandingkan ketokonazol tunggal. Pada penelitian ini, dilakukan
sintesis kompleks ketokonazol dengan logam mangan dan seng dengan metode refluks.
Setelah kompleks terbentuk, kemudian kompleks dikarakterisasi dengan Fourier-Transform
Infrared Spectroscopy, Spektrofotometer UV-Vis, Kromatografi Lapis Tipis, uji titik leleh,
Differential Scanning Calorimetry, dan Powder X-Ray Diffractometry. Selanjutnya,
dilakukan uji aktivitas antijamur terhadap Candida albicans ATCC 10231 menggunakan
metode difusi cakram kertas dengan desain 5+1. Hasil FTIR dari kompleks yang terbentuk,
menunjukkan pergeseran panjang gelombang sekitar 10-20 cm
-1
pada gugus C=N, C-O
ketika dibandingkan dengan ketokonazol tunggal. Ditinjau dari hasil spektrum UV baik dari
kompleks maupun zat aktifnya, menunjukkan bahwa pada kompleks memiliki panjang
gelombang maksimum yang lebih tinggi dibandingkan panjang gelombang maksimum
ketokonazol saja. Hasil KLT menunjukkan bahwa pada kompleks yang terbentuk hanya
terdapat satu bercak noda yang menunjukkan bahwa kompleks yang terbentuk ini murni baik
kompleks ketokonazol dengan mangan maupun dengan seng. Hasil uji titik leleh
menunjukkan bahwa titik leleh kompleksnya ini menjadi lebih rendah dibandingkan zat
aktifnya sendiri. Ketokonazol memiliki titik leleh sekitar 145-147 °C sedangkan titik leleh
pada kompleksnya yaitu kompleks ketokonazol dengan mangan adalah 103-105 °C dan
kompleks ketokonazol dengan seng adalah 133-135 °C. Hasil DSC menunjukkan pada
ketokonazol terdapat puncak endotermik pada 140-160,5 °C dan puncak eksotermik pada
324-365,8 °C. Sedangkan pada kompleks ketokonazol dengan mangan terdapat puncak
endotermik pada 105-166,9 °C dan puncak eksotermik pada 320,6-364,9 °C. Kemudian pada
kompleks ketokonazol dengan seng tidak terdapat puncak endotermik, yang muncul hanya
puncak eksotermik pada 106,3-166,6 °C dan 326,2-365,2 °C. Hasil PXRD menunjukkan
bahwa kompleks ketokonazol Mn dan Zn keduanya berbentuk amorf, berbeda dengan
ketokonazol basis yang difraktogramnya menunjukkan puncak-puncak kristalin. Setelah
kompleks dikarakterisasi, selanjutkan dilakukan pengujian aktivitas terhadap Candida
albicans ATCC 10231. Hasilnya menunjukkan bahwa aktivitas kompleks lebih tinggi
dibandingkan dengan ketokonazol. Dari keseluruhan data dan analisis dapat disimpulkan
bahwa kompleks ketokonazol dengan Mn (II) dan Zn (II) dapat terbentuk menggunakan
metode refluks. Kompleks yang terbentuk memberikan karakteristik fisikokimia yang
berbeda dibandingkan dengan ketokonazol tunggal. Hasil uji aktivitas antijamur kompleks
ketokonazol dengan Mn (II) terhadap Candida albicans ATCC 10231 diperoleh potensi 1,44
kali lebih tinggi dan kompleks dengan Zn (II) juga diperoleh potensi 1,40 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan ketokonazol tunggal.