digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Ketokonazol merupakan salah satu antijamur yang memiliki aktivitas antijamur terhadap beberapa spesies jamur, salah satunya Candida albicans. Akhir-akhir ini, sintesis kompleks antibiotik dengan logam telah dilaporkan. Ketokonazol juga dilaporkan dapat membentuk suatu kompleks dengan logam ruthenium (II) dimana aktivitasnya menjadi meningkat dan spektrum aktivitasnya juga meluas. Penelitian ini bertujuan untuk membentuk kompleks ketokonazol menggunakan logam lain yaitu Mn (II) dan Zn (II) agar diperoleh aktivitas antijamur yang lebih baik dibandingkan ketokonazol tunggal. Pada penelitian ini, dilakukan sintesis kompleks ketokonazol dengan logam mangan dan seng dengan metode refluks. Setelah kompleks terbentuk, kemudian kompleks dikarakterisasi dengan Fourier-Transform Infrared Spectroscopy, Spektrofotometer UV-Vis, Kromatografi Lapis Tipis, uji titik leleh, Differential Scanning Calorimetry, dan Powder X-Ray Diffractometry. Selanjutnya, dilakukan uji aktivitas antijamur terhadap Candida albicans ATCC 10231 menggunakan metode difusi cakram kertas dengan desain 5+1. Hasil FTIR dari kompleks yang terbentuk, menunjukkan pergeseran panjang gelombang sekitar 10-20 cm -1 pada gugus C=N, C-O ketika dibandingkan dengan ketokonazol tunggal. Ditinjau dari hasil spektrum UV baik dari kompleks maupun zat aktifnya, menunjukkan bahwa pada kompleks memiliki panjang gelombang maksimum yang lebih tinggi dibandingkan panjang gelombang maksimum ketokonazol saja. Hasil KLT menunjukkan bahwa pada kompleks yang terbentuk hanya terdapat satu bercak noda yang menunjukkan bahwa kompleks yang terbentuk ini murni baik kompleks ketokonazol dengan mangan maupun dengan seng. Hasil uji titik leleh menunjukkan bahwa titik leleh kompleksnya ini menjadi lebih rendah dibandingkan zat aktifnya sendiri. Ketokonazol memiliki titik leleh sekitar 145-147 °C sedangkan titik leleh pada kompleksnya yaitu kompleks ketokonazol dengan mangan adalah 103-105 °C dan kompleks ketokonazol dengan seng adalah 133-135 °C. Hasil DSC menunjukkan pada ketokonazol terdapat puncak endotermik pada 140-160,5 °C dan puncak eksotermik pada 324-365,8 °C. Sedangkan pada kompleks ketokonazol dengan mangan terdapat puncak endotermik pada 105-166,9 °C dan puncak eksotermik pada 320,6-364,9 °C. Kemudian pada kompleks ketokonazol dengan seng tidak terdapat puncak endotermik, yang muncul hanya puncak eksotermik pada 106,3-166,6 °C dan 326,2-365,2 °C. Hasil PXRD menunjukkan bahwa kompleks ketokonazol Mn dan Zn keduanya berbentuk amorf, berbeda dengan ketokonazol basis yang difraktogramnya menunjukkan puncak-puncak kristalin. Setelah kompleks dikarakterisasi, selanjutkan dilakukan pengujian aktivitas terhadap Candida albicans ATCC 10231. Hasilnya menunjukkan bahwa aktivitas kompleks lebih tinggi dibandingkan dengan ketokonazol. Dari keseluruhan data dan analisis dapat disimpulkan bahwa kompleks ketokonazol dengan Mn (II) dan Zn (II) dapat terbentuk menggunakan metode refluks. Kompleks yang terbentuk memberikan karakteristik fisikokimia yang berbeda dibandingkan dengan ketokonazol tunggal. Hasil uji aktivitas antijamur kompleks ketokonazol dengan Mn (II) terhadap Candida albicans ATCC 10231 diperoleh potensi 1,44 kali lebih tinggi dan kompleks dengan Zn (II) juga diperoleh potensi 1,40 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ketokonazol tunggal.