Kurkumin merupakan senyawa alam diaril heptanoid dengan jalur biosintesa
poliketida aromatik yang diperoleh dari genus Curcuma. Kurkumin memiliki
kelarutan yang rendah dalam air, sehingga ketersediaan hayati peroral relatif kecil.
Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan pembuatan kurkumin nanokristal
sebagai salah satu solusi peningkatan kecepatan kelarutan dan absorbsi peroral
dengan menggunakan metode homogenisasi tekanan tinggi dan pearl milling.
Tujuan penelitian ini adalah mengkarakterisasi produk nanokurkumin,
membandingkan ketersediaan hayati setelah dibentuk nanokristal dan mempelajari
biodistribusinya pada hewan coba. Karakterisasi meliputi analisis ukuran partikel
dan distribusi ukuran, penetapan zeta potensial menggunakan particle/zeta sizer,
morfologi partikel dengan Scanning Electron Microscopy (SEM), sifat
kristalografi dengan X-ray Diffraction (XRD) dan analisis termal dengan
Differential Scanning Calorimetry (DSC). Pengujian ketersediaan hayati absolut
kurkumin dan nanokurkumin dilakukan pada tikus dengan pemberian oral dan
intravena, dengan dosis 10 mg/kg bb. Waktu sampling dilakukan pada jam ke-0;
0,25; 0,5; 1; 2; 4; 8; 12 dan 24. Pengujian biodistribusi dilakukan setelah
kurkumin ditandai dengan radioiodida untuk melihat akumulasinya pada tiap
organ di fase distribusi. Nanokurkumin mempunyai ukuran rata-rata 478 nm,
dengan indeks polidispersitas 0,442 dan zeta potensial -23,68 mV. Karakteristik
fisik nanokurkumin baik ukuran partikel maupun morfologi lebih baik
dibandingkan dengan kurkumin. Nanokurkumin dapat meningkatkan ketersediaan
hayati absolut sebesar 7 kali. Pada fase biodistribusi, kurkumin banyak
terakumulasi di hati dan saluran pencernaan terkait metabolisme yang cepat oleh
enzim.