digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Hani Hasanah
PUBLIC Open In Flipbook yana mulyana

Glomerulonefritis adalah suatu proses patofisiologis ginjal dengan etiologi umum berupa gangguan mekanisme imunologi, sehingga terjadi gangguan fungsi normal ginjal, khususnya bagian glomerular ginjal baik secara akut maupun kronis yang ditandai dengan tanda dan gejala yang berkaitan dengan glomerulonefritis berupa sindrom nefritik dengan karakteristik utama berupa adanya luka inflamasi, dan sindrom nefrotik dengan karakteristik utama berupa adanya proteinuria. Glomerulonefritis yang bersifat kronis dan tidak ditangani dengan baik, akan berakibat pada timbulnya penyakit gagal ginjal atau End-Stage Renal Disease (ESRD). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengobatan penyakit glomerulonefritis dengan Sindrom Nefritik Akut (SNA) dan glomerulonefritis dengan Sindrom Nefrotik (SN) dalam hal penyembuhan dan pencegahan perparahan kondisi tersebut ke tingkat yang lebih tinggi seperti penyakit gagal ginjal atau ESRD, di antaranya melalui evaluasi penggunaan obat (EPO) pada pasien glomerulonefritis dengan sindrom nefritik akut dan pasien glomerulonefritis dengan sindrom nefrotik. Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dan konkuren melalui pendataan buku status, kartu obat, dan wawancara langsung kepada pasien glomerulonefritis dengan sindrom nefritik akut dan pasien glomerulonefritis dengan sindrom nefrotik. Penelitian secara retrospektif dilakukan pada pasien-pasien yang dirawat selama tahun 2011 dan penelitian secara konkuren dilakukan selama Bulan Desember 2012 –Febuari 2013. Dari penelitian ini, diperoleh hasil berupa jenis golongan obat yang umum digunakan sebagai terapi utama pada penanganan pasien sindrom nefritik akut adalah diuretik (17,8% dan 47,4%) dan antibiotik (15,3% dan 28,6%), serta pada penanganan pasien sindrom nefrotik adalah kortikosteroid (33,3% dan 35,2%) dan antineoplastik (21,6% dan 22,1%). Kesesuaian pemilihan obat pada pasien sindrom nefritik akut dan pasien sindrom nefrotik tergolong sudah sesuai dengan kondisi klinis dan diagnosis pasien (88,9% dan 100% pada pasien SNA dan 100% pada pasien SN) dengan ketepatan pemberian dosis yang lebih baik ditunjukkan oleh kelompok pasien SNA (76,3 dan 94,8%) dibandingkan kelompok pasien SN (76 dan 76,7%). Interaksi obat yang terjadi baik pada pasien sindrom nefritik akut ii maupun pasien sindrom nefrotik, menunjukkan kejadian yang lebih besar pada hasil analisis secara konkuren (18,2% SNA dan 19% SN) dibandingkan retrospektif (11,8% SNA dan 0% SN), namun tidak berbeda bermakna secara statistik dengan nilai signifikansi sebesar 0,731. Kejadian efek obat yang merugikan obat juga lebih teramati pada hasil analisis secara konkuren ( 18,8% SNA dan 47,6% SN) dibandingkan retrospektif ( 22,2% SNA dan 5% SN), serta menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik dengan nilai signifikansi sebesar 0,012 yang mengindikasikan bahwa analisis kejadian efek obat yang merugikan lebih tepat dilakukan secara konkuren yang tidak hanya bersumber pada rekam medik, tetapi juga dengan intervensi berupa wawancara dengan pasien dan diskusi sejawat.