Banjir sering terjadi di Kesawan pada beberapa tahun belakangan,
sedangkan Kesawan merupakan jantung kota medan dan wajah peradaban kota
medan tempo dulu yang banyak meninggalkan bangunan bersejarah. Banjir di
kawasan ini diakibatkan oleh saluran drainase kota yang tidak bisa menampung
aliran permukaan. Salah satu unsur yang mempengaruhi debit aliran permukaan
adalah ketersediaan RTH kawasan yang masih dibawah 30%. Fungsi dari RTH
selain mengakomodasi kebutuhan aktivitas sosial adalah pengontrol keseimbangan
ekologi. Oleh karena itu, tujuan dari tesis ini adalah merancang RTH di kawasasan
cagar budaya sebagai upaya meminimalisir banjir. Tesis ini menggunakan metode
rasional untuk menghitung debit puncak dari intensitas curah hujan, dan manejeman
air limpasan yang berkelanjutan dengan menerapkan bioswales sebagai penyalur
untuk meminimalisir air limpasan dari RTH ke saluran drainase. Upaya
peningkatan RTH diupayakan mengikuti karakterisitik dan kebutuhan sosial sekitar
(seperti taman kota hingga green wall). Debit puncak dari intensitas hujan rencana
skala 10 tahun adalah 122,40 m3/detik. Setelah diterapkannya bioswales debit air
limpasan dapat diatasi dengan panjang bioswales 2.565m. Dengan menggunakan
metode faktor hijau dari RTH yang dirancang didapat perkiraan lebih 10% luas
RTH.