Hipertensi merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi obat secara terus menerus untuk
mencegah kerusakan organ lebih lanjut. Agar tujuan terapi tercapai dengan baik diperlukan
pemantauan terapi hipertensi. Puskesmas memiliki program khusus untuk menangani pasien
dengan penyakit kronis yaitu prolanis. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
ketepatan penggunaan obat antihipertensi (OAH) dan efektivitas terapi pada pasien prolanis dan
non prolanis. Penelitian ini merupakan studi observasional dengan menggunakan teknik random
sampling dengan jumlah sampel ditetapkan berdasarkan metode Slovin, dimulai dengan
pengkajian penggunaan OAH yang dibandingkan dengan Kriteria Penggunaan Obat (KPO) yang
telah ditetapkan sebelumnya kemudian dilanjutkan dengan pengkajian efektivitas terapi yang
dibandingkan dengan standar JNC VIII. Untuk mengidentifikasi faktor pola hidup dan kepatuhan
dilakukan melalui penyebaran kuisioner dan wawancara pada periode Desember 2015 hingga
Februari 2016. Ditemukan ketidaktepatan seleksi obat sebanyak 83,08 dan 74,74% untuk prolanis
dan non prolanis berturut-turut, ketidaktepatan seleksi dosis yang terjadi pada prolanis sebanyak
4,62% serta interaksi obat sebanyak 40% dan 26,31% pada prolanis dan non prolanis secara
berturut-turut. Potensi terjadinya masalah terkait obat pada tiap kunjungan prolanis adalah
132,3% dan 105,26% pada non prolanis. 450 kunjungan yang terdiri dari 260 kunjungan prolanis
dan 190 kunjungan non prolanis dan ditemukan ketidakefektifan terapi 35,77% pada prolanis dan
50% pada non prolanis tetapi hasil tersebut tidak berbeda signifikan berdasarkan statistik (p =
0,87). Faktor pola hidup dan kepatuhan yang dilakukan pasien dengan terapi tidak efektif adalah
tidak rutin minum OAH, indeks massa tubuh lebih dari 24,9 kg/m
2
, tidak rutin olahraga, pola
makan tidak sesuai DASH dan merokok.