digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Muhamad Maulanal Haq
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Muhamad Maulanal Haq
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Muhamad Maulanal Haq
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Muhamad Maulanal Haq
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Muhamad Maulanal Haq
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Muhamad Maulanal Haq
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Muhamad Maulanal Haq
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Sistem Hibrida Energi Terbarukan (SHET) merupakan hasil pengembangan microgrid yang telah berjalan di laboratorium Manajemen Energi di Labtek-VI TP Rahmat. Kebutuhan energi SHET dipenuhi oleh sumber energi terbarukan berupa PLTS dan jaringan distribusi luar yakni PLN, serta baterai sebagai bentuk penyimpanan dan cadangan energi. Dalam pengembangan lebih lanjut dibutuhkan beberapa tambahan sumber energi baru yang dapat memasok daya saat terjadi kelebihan beban ataupun kondisi kritis seperti kekosongan cadangan energi. Sel tunam menjadi salah satu pilihan sumber energi terbarukan yang dapat diintegrasikan dengan SHET. Dalam tugas akhir ini dibuat rancangan integrasi sel tunam tipe PEM dengan kondisi SHET yang saat ini telah berjalan. Rancangan dibuat secara DC Coupling dengan sel tunam berhubungan langsung dengan baterai pada saluran DC dengan perantara konverter MPPT. Sel tunam akan berjalan pada Island Mode dengan kondisi khusus berupa besarnya beban yang terjadi serta rendahnya level SoC baterai. Hal ini menjadikan sel tunam sebagai sumber energi cadangan terakhir untuk menghindari mati sistem. Dari hasil pengujian desain didapat bahwa sel tunam tipe PEM dengan potensi produksi daya maksimum 1kW hanya mampu menghasilkan daya pada rentang 120-160 watt. Hal ini disebabkan karena karakteristik daya maksimum sel tunam yang dipakai berada pada tegangan rendah di bawah tegangan baterai VRLA 48V yang dipakai SHET, sedangkan MPPT hanya mampu mengondisikan sel tunam pada tegangan kerja di atas baterai pada rentang 49V-52V. Kondisi ini mengakibatkan baterai tetap mengalami discharge walaupun sel tunam menyuplai pada saat terjadi beban yang tinggi. Oleh karena itu diperlukan perbaikan desain lebih lanjut sehingga potensi daya maksimum dapat terpanen.