Pulau Bangka dikenal sebagai daerah penghasil timah terbesar di Indonesia dan
merupakan bagian dari wilayah metalogenik sabuk timah Asia Tenggara. Dengan
berkurangnya cadangan timah aluvial untuk penambangan berskala besar baik di
darat maupun di lepas pantai Pulau Bangka, maka pemetaan area bekas
penambangan untuk memastikan sisa cadangan timah aluvial menjadi sangat
penting. Pemetaan tutupan lahan di area bekas penambangan dapat dilakukan
dengan menggunakan citra satelit multi-temporal untuk menganalisis perubahan
tutupan lahan terutama karena kegiatan tambang rakyat. Penelitian bertujuan untuk
melakukan pemetaan tutupan lahan multi-temporal dengan target wilayah Bangka
bagian tengah dari tahun 2000 hingga 2017 dan wilayah Bangka bagian selatan dari
tahun 2004 hingga 2017 menggunakan citra satelit Landsat TM dan Landsat
OLI/TIRS. Beberapa metode pemrosesan citra digunakan untuk mengidentifikasi
perubahan tutupan lahan dari waktu ke waktu, yang meliputi indeks vegetasi dan
metode klasifikasi terbimbing maximum likelihood, serta metode pemetaan spektral
angle mapper (SAM). Pemetaan multi-temporal mampu mengidentifikasi beberapa
tipe tutupan lahan, seperti vegetasi/hutan, lahan terbuka, area pemukiman, lahan
pertanian, dan badan air. Terdapat peningkatan lahan terbuka dari tahun 2000 ke
2017 di beberapa lokasi. Hasil pemetaan untuk lahan terbuka divalidasi
menggunakan hasil analisis sampel lapangan yang diuji dengan metode X-ray
diffraction, analisis grain counting, dan spektral sampel lapangan untuk
membedakan tanah penutup (tanah asli) dan tailing (sisa hasil pengolahan).
Pemetaan dengan metode SAM dapat memetakan sebaran tanah penutup dan tailing
(sisa hasil pengolahan) di area terbuka dimana daerah tersebut merupakan wilayah
potensial untuk penambangan skala kecil. Hasil analisis multi-temporal juga
menunjukkan adanya perubahan sebaran tanah penutup dan tailing di Bangka
bagian tengah dan selatan yang dapat menunjukkan aktifitas penambangan dari
waktu ke waktu.