Distribusi orientasi urat pada endapan emas sulfidasi rendah dikontrol oleh kondisi
stress dan tekanan fluida yang membentuk struktur bukaan. Endapan urat emas
berkaitan dengan proses rifting dan struktur dilatasi seperti pembentukan sesar
Sumatera yang berevolusi sejak 5 Ma dan segmen Semangko sebagai tatanan
regional lokasi penelitian sejak 2 Ma. Urat emas yang teramati sekarang merupakan
akumulasi proses repetitif fluida hidrotermal yang memiliki tekanan berbeda.
Kluster urat berdasarkan kondisi tekanannya dapat dibedakan dengan metode
Mixed Bingham Distribution. Pembentukan urat tersebut akan mempengaruhi
distribusi alterasi karena kaitannya dengan komposisi dan karakteristik fluida serta
komposisi dan permeabilitas batuan yang diterobos. Oleh karena itu, pemodelan
distribusi alterasi dan pemetaan geologi detail dilakukan dengan metode Indicator
Kriging. Penelitian dibatasi oleh pengambilan sampel dan pengukuran struktur
permukaan di prospek Rawa Gabus (±3 km di timur cekungan pisah-tarik Natarang
dan ujung utara segmen Semangko), sehingga pemodelan yang dihasilkan bersifat
lateral. Daerah penelitian merupakan prospek yang dikontrol struktur yang koheren
dengan principal displacement zone (PDZ) sesar mendatar N111,50E/770
dan
pergerakan oblique transtensional 1,3
0
/N111,8
0E. Arah pergerakan digunakan
untuk parameter pencarian variogram dan analisis spasial lain. Alterasi smektit,
klorit-smektit, dan zona silisifikasi mengikuti tren kuat anomali magnetik rendah –
densitas kelurusan tinggi serta orientasi urat. Terdapat gradasi alterasi smektit ke
propilitik dari zona urat. Dari pengukuran ~900 urat yang terdeposisi kurang dari 1
Ma, kebanyakan urat terbentuk dari sebuah kondisi stress axial tension yang
memiliki arah sumbu konsentrasi maksimum timurlaut-baratdaya, arah tegasan
utama miring ke tenggara, dan stress ratio tinggi. Indeks tekanan fluida (DPI)
merupakan nilai non-dimensional tereka yang mewakili tekanan fluida. DPI
representatif keseluruhan urat ~0,95 yang diterjemahkan sebagai fluida bertekanan
tinggi dan terdapat perbedaan stress signifikan dekat permukaan. Di sisi lain,
keseluruhan veinlet memiliki empat kondisi stress; dua di antaranya merupakan
axial tension, dan yang lain axial compression. Kondisi axial compression tersebut
memiliki arah tegasan utama timur-barat yang mewakili distribusi zona urat dan
silisifikasi arah serupa, dan koheren dengan pasangan kekar dengan DPI ~0,04.
Meskipun kekar tarik koheren dengan PDZ, DPI tidak cukup kuat untuk
membentuk urat.