digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Rafif Abdus Salam
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Rafif Abdus Salam
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Rafif Abdus Salam
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Rafif Abdus Salam
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Rafif Abdus Salam
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Rafif Abdus Salam
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Rafif Abdus Salam
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Rafif Abdus Salam
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

Salah satu cara mengestimasi koreksi terrain adalah dengan menggunakan metode Hammer chart. Perhitungan secara konvensional dilakukan dengan menghamparkan kertas transparan berisi Hammer chart di atas sebuah peta topografi, kemudian ketinggian rata-rata setiap kompartemen diestimasi. Prosedur ini memiliki kelemahan, yaitu jumlah kompartemen yang relatif sedikit untuk daerah dengan variasi topografi yang besar, dan adanya subjektivitas pengamat pada penentuan ketinggian rata-rata kompartemen. Untuk menghitung nilai koreksi terrain secara maksimal, dibutuhkan pengukuran ketinggian secara lebih akurat. Pada penelitian tugas akhir ini, penulis mencoba melakukan perhitungan koreksi terrain dengan metode square pattern dan sloped triangle. Metode ini membagi daerah di sekitar titik pengukuran menjadi zona berisi kompartemen berbentuk persegi dan segitiga. Program perhitungan koreksi terrain diuji coba dengan data sintetik untuk melihat pengaruh tubuh batuan pada koreksi terrain. Program diaplikasikan pada data Karangsambung untuk melihat pengaruh topografi di sekitar Karangsambung terhadap nilai koreksi terrain. Program kemudian diaplikasikan pada data gayaberat, dan dibandingkan hasilnya dengan perhitungan menggunakan Hammer chart. Berdasarkan uji coba data sintetik didapat bahwa nilai koreksi terrain dari tubuh batuan berukuran 10 x 10 km dengan beda tinggi 1000 m dari stasiun, tidak lagi berpengaruh secara signifikan di jarak 20 km. Topografi di sekitar Karangsambung berupa Pegunungan Serayu Selatan dengan ketinggian 1000 m pada jarak 20 – 30 km memberikan pengaruh sebesar 0.05 mGal terhadap koreksi terrain, sedangkan Gunungapi Kuarter dengan ketinggian 3000 m pada jarak 30 – 40 km memberikan pengaruh sebesar 0.1 mGal. Hasil penerapan pada data gayaberat menunjukkan bahwa penggunaan metode square pattern dan sloped triangle mampu mengkoreksi kesalahan dari Hammer chart sampai dengan 3 mGal. Selisih perhitungan kedua metode semakin besar di daerah lereng dikarenakan estimasi beda ketinggian topografi di lereng sulit untuk dilakukan