digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Cekungan Spermonde merupakan cekungan potensial yang belum ditemukan akumulasi hidrokarbon yang ekonomis. Kegiatan eksplorasi pada Cekungan Spermonde telah dilakukan sejak tahun 1970 dengan dilakukannya akuisisi seismik dan pengeboran sumur eksplorasi dengan status ditinggalkan karena tidak ditemukannya akumulasi hidrokarbon walaupun terdapat jejak minyak dan gas pada sumur tertentu. Berdasarkan kondisi tersebut menarik untuk dilakukan penelitian penyebab kegagalan pengeboran sumur eksplorasi hidrokarbon. Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis tatanan tektonostratigrafi dan evaluasi sistem petroleum. Berdasarkan tatanan tektonostratigrafi dan sistem petroleum yang bekerja pada cekungan dapat diketahui penyebab tidak adanya akumulasi hidrokarbon pada daerah penelitian. Evolusi Cekungan Spermonde diawali dengan proses pelisuan (rifting) pada Paleosen yang membentuk setengah graben dengan arah barat laut - tenggara, pelisuan kembali terjadi pada Eosen Akhir hingga Oligosen dengan arah yang sama, inversi terjadi pada Miosen dengan arah tektonik kompresi timur laut – barat daya. Secara tektonostratigrafi, interval penelitian terdiri atas pre-rift, syn-rift 1 awal, syn-rift 1 akhir, post-rift 1, syn-rift 2, post-rift 2, syn-inversi dan post-inversi. Berdasarkan evaluasi sistem petroleum, paket syn-rift 1 akhir dan post-rift 1 merupakan batuan induk potensial (TOC > 1), tipe III kerogen yang berpotensi menghasilkan gas dan minyak, jendela kematangan pada kedalaman 6600 kaki, estimasi generasi hidrokarbon batuan induk 2000 Tcf untuk gas dan 320.000 MMbbl untuk minyak. Efisiensi migrasi primer (ekspulsi) sebesar 1900 Tcf untuk gas dan 160.000 hingga 224.00 MMbbl untuk minyak. Interval batuan reservoir yang potensial merupakan paket syn-rift 1 akhir. Batuan penudung yang potensial merupakan paket post-rift 1 dan serpih intraformasi di dalam interval syn-rift 1 akhir. Perangkap yang terbentuk berupa tutupan yang berasosiasi dengan antiklin. Penyebab tidak terdapatnya akumulasi hidrokarbon secara umum karena migrasi sekunder yang tidak menuju klosur, kapasitas batuan penudung yang kurang baik dan peletakan sumur yang kurang tepat.