BAB 1 Muhammad Arief Sasmita
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Muhammad Arief Sasmita
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Muhammad Arief Sasmita
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Muhammad Arief Sasmita
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Muhammad Arief Sasmita
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Muhammad Arief Sasmita
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PT Freeport Indonesia merupakan perusahaan yang melakukan penambangan, pengolahan, dan eksplorasi bijih tembaga dan emas yang berlokasi di Mimika, Papua. Setelah hampir 20 tahun dieksploitasi, Grasberg sebagai tambang terbuka sudah mencapai batas umur dan dilakukan peralihan ke tambang bawah tanah untuk eksploitasi selanjutnya. Sehingga dilakukan pemanfaatan bijih yang selama ini disimpan pada stockpile yang berlokasi di Grasberg untuk memaksimalkan produksi karena proyek tambang bawah tanah masih dalam proses pengembangan. Bijih dari Bali stockpile yang nantinya disebut sebagai Bali ore termasuk kedalam kategori problematic ore karena memiliki kandungan clay dan pirit yang tinggi, diyakini menyebabkan hasil flotasi yang dilakukan memiliki mass yield yang tinggi, grade tembaga yang rendah pada konsentrat, dan juga perolehan tembaga yang rendah. Maka dari itu, dilakukan penelitian untuk menentukan dosis optimal reagen kolektor dan pH guna efisiensi dan juga menentukan suasana yang memberikan hasil flotasi terbaik. Serangkaian percobaan diawali dengan preparasi sampel yang berasal dari stockpile dengan mereduksi ukurannya menggunakan crusher. Kemudian, sampel dihomogenisasi dengan menggunakan conical mixer dan dibagi menjadi 1,4 Kg untuk satu sampelnya. Setelah itu, sampel digerus dengan menggunakan ball mill dengan target nilai p80 sebesar 65 mesh. Setelah itu, sampel dilakukan proses flotasi dengan menvariasikan kolektor 7249 pada dosis 3,5 (low); 4 (medium); dan 4,5 (high) g/Kg Cu dalam umpan, kolektor SiBX pada dosis 3 (low), 10 (medium), dan 17 (high) gpt umpan, dan pada pH 10 (low); 10,5 (medium); dan 11(high) yang hasilnya difiltrasi lalu dikeringkan. Sampel yang sudah kering digerus dan dikirim ke Laboratorium Quality Control untuk diperiksa kadarnya. Kemudian dilakukan analisis recovery by size dari hasil flotasi terbaik, untuk mengetahui ukuran optimal proses flotasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan clay pada Bali ore dapat melapisi permukaan dari mineral sehingga menyebabkan perolehan menjadi rendah. Maka dari itu, reagen tidak dapat bekerja dengan efektif tanpa pemberian kuantitas dosis yang signifikan. Berdasarkan analisis statistik dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%, cukup bukti untuk menyatakan bahwa flotasi Bali ore dengan variasi dosis kolektor 7249 tidak memberikan hasil yang signifikan untuk setiap respon. Lalu, penggunaan kolektor SiBX pada dosis high dapat memberikan perolehan Cu yang lebih tinggi sebesar 3,31%-5,75%. Kemudian pada pH low atau medium dapat memberikan mass yield yang lebih rendah sebesar 1,46%-3,42%. Kombinasi kolektor SiBX pada dosis high, kolektor 7249 pada dosis low, dan pH medium memberikan perolehan Cu tertinggi sebesar 84,93%.