digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK R Stevanus Fahrezza Pramainant
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB

COVER R Stevanus Fahrezza Pramainant
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 R Stevanus Fahrezza Pramainant
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 R Stevanus Fahrezza Pramainant
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 R Stevanus Fahrezza Pramainant
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 R Stevanus Fahrezza Pramainant
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA R Stevanus Fahrezza Pramainant
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial nomor 15 tahun 2013 tentang Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013, geoid ditetapkan sebagai Sistem Referensi Geospasial Vertikal. Hal ini menarik untuk dibahas karena pada dasarnya masih belum ada model geoid teliti di Indonesia. Pengadaan model geoid secara konvensional didahului dengan pengukuran anomali gayaberat oleh shipborne, yang membutuhkan banyak waktu dan biaya akibat luasnya daerah Indonesia. Atas pertimbangan tersebut maka digunakanlah wahana satelit altimetri, sebagai alternatif penyedia data anomali gayaberat di laut, secara lebih cepat dan ekonomis. Data satelit altimetri yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini yaitu data CryoSat-2, ERS-1, Jason-1, dan SARAL-AltiKa, dengan jenis data Geodetic Mission. Pengolahan data menggunakan metode perhitungan geoid slope, kolokasi kuadrat terkecil, dan fast fourier transformation. Satelit altimetri mampu menghasilkan anomali gayaberat pada resolusi spasial optimum 11 - 25 km. Uji akurasi dengan shipborne menunjukan bahwa satelit altimetri menghasilkan RMS sebesar 5 – 15 mGal. Hasil menunjukkan (untuk meningkatkan efektifitas kerja), bahwa penggunaan Cryosat-2 (single satellite) menghasilkan resolusi dan akurasi yang sama dengan penggunaan multi satellites.