ABSTRAK Medina Savira
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 1 Medina Savira
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 2 Medina Savira
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 3 Medina Savira
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 4 Medina Savira
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 5 Medina Savira
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
PUSTAKA Medina Savira
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
LAMPIRAN Medina Savira
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
JURNAL Medina Savira
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Saat ini, pemerintah kabupaten/kota biasa melakukan upaya branding tempat untuk
meningkatkan daya saing kawasan. Salah satu ruang perkotaan yang mengalami
proses branding adalah Kawasan Cibadak. Pemerintah Kota Bandung berupaya
melakukan branding tempat di Kawasan Cibadak sebagai china town. Proses
mengkomunikasikan brand menjadi proses yang paling penting dalam upaya branding
tempat. Harapannya proses tersebut mampu mengkonstruksi citra brand yang sesuai
dengan keinginan pemerintah. Dalam penelitian ini, penulis berargumen bahwa
konsep produksi ruang dapat digunakan untuk menjelaskan proses komunikasi brand
yang terjadi. Identitas brand yang diinginkan oleh pemerintah akan tertuang dalam
representasi ruang. Lalu dilakukan proses komunikasi brand sehingga masyarakat
mampu mempersepsikan citra brand. Masyarakat akan menerima citra brand
berdasarkan persepsi masyarakat mengenai praktik spasial dan ruang
representasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterkaitan antara
proses komunikasi brand dengan produksi ruang di Kawasan Cibadak. Penelitian ini
menggunakan metode analisis konten. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
diketahui bahwa terdapat kontradiksi antara persepsi masyarakat dengan rencana
yang dibayangkan oleh pemerintah. Hal ini menunjukan terdapat perbedaan antara
citra yang diterima masyarakat dengan identitas yang diinginkan oleh pemerintah.
Pemerintah ingin mempersepsikan Kawasan Cibadak sebagai china town yang
dimiliki Kota Bandung. Sementara itu, persepsi yang dimiliki masyarakat adalah
Kawasan Cibadak sebagai wisata kuliner malam hari dan pusat perdagangan grosir
saat siang hari. Perbedaan antara identitas brand yang diinginkan oleh pemerintah
dengan citra brand yang diterima oleh masyarakat mungkin dikarenakan proses
komunikasi brand yang dilakukan oleh pemerintah tidak berjalan dengan baik. Citra
brand menjadi hal yang penting untuk dikonstruksi karena citra brand menjadi salah
satu faktor penentu masyarakat dalam menentukan suatu pilihan. Walaupun
pemerintah telah berupaya mengkomunikasikan brand yang diinginkan, masyarakat
hanya akan melihat hasil akhir berupa citra brand. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa proses produksi ruang yang terjadi di Kawasan Cibadak
belum berhasil mengkonstruksi citra brand di mata masyarakat sesuai dengan
identitas brand yang diinginkan oleh pemerintah.