digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK HASTIAN ABDUL AZIS
PUBLIC Dewi Supryati

Air Traffic Control (ATC) merupakan pekerjaan yang memiliki tanggung jawab dan risiko yang tinggi. Peningkatan jumlah kepadatan lalu lintas udara yang terjadi pada penerbangan di Indonesia menyebabkan beban kerja mental dari petugas ATC semakin meningkat. Dengan tingginya risiko dan kemungkinan besar terjadinya beban kerja mental yang tinggi pada pekerjaan ATC maka diperlukan suatu sistem pemantauan beban kerja secara real-time yang dapat mendeteksi kondisi beban kerja yang dialami ATC. Sebelum melakukan eksperimen, tahap survei pendahuluan dilakukan dengan menyebarkan kuesioner mengenai beban kerja mental yang dialami oleh petugas ATC pada Jakarta Air Traffic Service Center (JATSC) Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Selanjutnya dilakukan penelitian untuk mengevaluasi pemanfaatan facial landmarks movements detection sebagai sistem pemantauan beban kerja mental pada pekerjaan ATC. Penelitian dilakukan dengan eksperimen di laboratorium. Eksperimen menggunakan simulator ATC dengan partisipan yaitu 12 orang laki-laki berusia antara 19-23 tahun dengan tingkat pendidikan sarjana di bidang teknik. Dalam penelitian ini, digunakan alat ukur untuk mengetahui tingkat beban kerja mental secara subjektif menggunakan National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX). Eksperimen dilakukan selama tiga jam pada setiap kondisi tuntutan tugas. Tuntutan tugas terbagi menjadi dua yaitu tugas sulit dan tugas sedang dengan perbedaan jumlah traffic pada setiap tugas. Pengambilan data NASA-TLX dilakukan pada setiap akhir penyelesaian tugas pada tingkat kesulitan yang telah ditentukan. Data utama pada penelitian ini adalah data facial landmarks movements. Pengolahan data facial landmarks movements dikembangkan berdasarkan data rekaman aktivitas wajah dari partisipan selama dua menit. Rekaman selama dua menit tersebut diambil pada empat waktu pengerjaan tugas yaitu awal eksperimen (0-2 menit), jam pertama (58-60 menit), jam kedua (118-120 menit), dan jam ketiga (178-180 menit). Data yang diperoleh dari software facial landmarks movements detection diolah lebih lanjut untuk mendapatkan data rata-rata pergerakan dan jumlah pergerakan perubahan arah pada wajah (untuk sumbu-x dan sumbu-y). Pada penelitian ini digunakan 23 titik wajah pada bagian rahang, alis, mata, hidung, dan mulut. Penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik beban kerja mental petugas ATC yang bertugas di Bandara Internasional Soekarno-Hatta tidak signifikan dipengaruhi oleh faktor shift kerja dan unit kerja. Selain itu, diperoleh bahwa facial landmarks movements detection mampu membedakan kondisi beban kerja mental pada keadaan traffic tinggi dan sedang. Berdasarkan hasil uji sensitivitas diperoleh bahwa indikator titik pada wajah yang dapat dijadikan sebagai indikator sensitif untuk membedakan kondisi beban kerja mental adalah bagian alis mata dan mata.