digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Studi dan implementasi energi terbarukan sebagai sumber pembangkit listrik baik skala nasional maupun global sedang berkembang. Hal ini selain sebagai kesadaran untuk menggunakan pembangkit dengan sumber energi yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Selain itu, pembangkit terbarukan juga dapat memberikan keuntungan secara ekonomis. Sifat intermittent yang selama ini jadi isu utama pembangkit terbarukan dapat diatasi, salah satunya dengan hibrid penyimpanan energi. Salah satu jenis kombinasi keduanya adalah PLTS Hibrid yang terdiri dari PLTS dan Sistem Baterai. Salah satu proyek pembangkit terbarukan yang akan dilakukan di Indonesia adalah pembangunan PLTS Hibrid di sistem kelistrikan tambang batubara di Bontang. Sistem ini merupakan Sistem Mikrogrid yang berdiri sendiri (stand-alone) dan tidak terhubung ke jaringan PLN yang lebih besar. Perbandingan kapasitas PLTS dengan sistem eksisting pun cukup besar, dimana PLTS yang akan dibangun sendiri adalah 3 MWp, sekitar 18% dari beban puncak sistem 16,5 MW. Oleh karena itu, diperlukan studi kelayakan yang komprehensif untuk memastikan bahwa PLTS Hibrid akan terintegrasi secara baik dengan sistem yang ada. Studi ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan penyambungan PLTS Hibrid di Sistem Tambang Batubara Bontang. Beberapa analisis yang dilakukan antara lain analisis aliran daya, analisis kestabilan transien, analisis hubung singkat, dan analisis koordinasi proteksi. Sistem dan PLTS Hibrid dimodelkan dalam software, untuk kemudian disimulasikan dan dianalisis berdasarkan contoh uji kasus dan kriteria kelayakan yang ditentukan di awal. Dari hasil simulasi dan analisis disimpulkan penyambungan PLTS Hibrid layak secara teknis, dengan beberapa catatan rekomendasi pada setting proteksi yang ada. Diharapkan detail metodologi yang disajikan dapat menjadi referensi untuk studi kelayakan pembangkit terbarukan yang serupa, terutama mengenai penyambungan PLTS Hibrid di suatu sistem mikrogrid.