Studi dan implementasi energi terbarukan sebagai sumber pembangkit listrik baik
skala nasional maupun global sedang berkembang. Hal ini selain sebagai kesadaran
untuk menggunakan pembangkit dengan sumber energi yang ramah lingkungan dan
dapat diperbaharui. Selain itu, pembangkit terbarukan juga dapat memberikan
keuntungan secara ekonomis. Sifat intermittent yang selama ini jadi isu utama
pembangkit terbarukan dapat diatasi, salah satunya dengan hibrid penyimpanan
energi. Salah satu jenis kombinasi keduanya adalah PLTS Hibrid yang terdiri dari
PLTS dan Sistem Baterai.
Salah satu proyek pembangkit terbarukan yang akan dilakukan di Indonesia adalah
pembangunan PLTS Hibrid di sistem kelistrikan tambang batubara di Bontang.
Sistem ini merupakan Sistem Mikrogrid yang berdiri sendiri (stand-alone) dan
tidak terhubung ke jaringan PLN yang lebih besar. Perbandingan kapasitas PLTS
dengan sistem eksisting pun cukup besar, dimana PLTS yang akan dibangun sendiri
adalah 3 MWp, sekitar 18% dari beban puncak sistem 16,5 MW. Oleh karena itu,
diperlukan studi kelayakan yang komprehensif untuk memastikan bahwa PLTS
Hibrid akan terintegrasi secara baik dengan sistem yang ada.
Studi ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan penyambungan PLTS Hibrid di
Sistem Tambang Batubara Bontang. Beberapa analisis yang dilakukan antara lain
analisis aliran daya, analisis kestabilan transien, analisis hubung singkat, dan
analisis koordinasi proteksi. Sistem dan PLTS Hibrid dimodelkan dalam software,
untuk kemudian disimulasikan dan dianalisis berdasarkan contoh uji kasus dan
kriteria kelayakan yang ditentukan di awal. Dari hasil simulasi dan analisis
disimpulkan penyambungan PLTS Hibrid layak secara teknis, dengan beberapa
catatan rekomendasi pada setting proteksi yang ada. Diharapkan detail metodologi
yang disajikan dapat menjadi referensi untuk studi kelayakan pembangkit
terbarukan yang serupa, terutama mengenai penyambungan PLTS Hibrid di suatu
sistem mikrogrid.