digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Abdul Aziz
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB

COVER Abdul Aziz
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Abdul Aziz
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Abdul Aziz
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Abdul Aziz
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Abdul Aziz
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Abdul Aziz
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Abdul Aziz
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan total produksi minyak kelapa sawit pada tahun 2017 sebanyak 35,3 juta ton. Industri kelapa sawit juga menghasilkan limbah tandang kosong sawit (TKS) sebanyak 0,8 juta ton limbah per ton minyak kelapa sawit. TKS mengandung hemiselulosa yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai substrat dalam produksi enzim xilanase. Enzim xilanase berperan dalam proses hidrolisis biomassa dalam industri xilitol. Xilitol merupakan gula alkohol beratom karbon lima yang digunakan sebagai pemanis zat aditif pangan. Pada penelitian ini, peningkatan skala produksi enzim xilanase dilakukan hingga 1 kg/batch menggunakan fermentasi fasa padat dan mikroba Aspergillus fumigatus. Faktor krusial dalam peningkatan skala proses fermentasi fasa padat diantaranya meliputi aerasi, kelembaban dan pengadukan. Untuk itu, tujuan penelitian ini adalah memetakan pengaruh aerasi, kelembaban dan pengadukan dalam peningkatan skala produksi enzim xilanase. Kinerja proses diukur melalui uji aktivitas enzim dan konsentrasi protein ekstraseluler dan sel yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian, variasi kombinasi parameter dengan hasil aktivitas enzim xilanase tertinggi adalah kombinasi dengan aerasi 0,1 LPM, penjenuhan udara, dan dengan pengadukan. Parameter yang memberikan pengaruh signifikan adalah aerasi dan kelembaban. Pada saat peningkatan skala produksi dari 250 g menjadi 1 kg TKS, terjadi penurunan aktivitas enzim xilanase dari 236,3 U/g TKS menjadi 132,7 U/g TKS. Evaluasi peningkatan skala kerja ditinjau lebih lanjut melalui pengambilan sampel dari setiap posisi tray dalam inkubator pada lima titik pengambilan waktu. Hasil menunjukkan distribusi aktivitas enzim dan kadar protein pada setiap posisi tray berbeda untuk posisi atas dan bawah. Hal ini disebabkan oleh distribusi panas dan kelembaban pada setiap posisi tray tidak homogen sehingga konfigurasi bioreaktor perlu diubah berkaitan dengan pengaturan posisi lampu sebagai pengendali temperatur dalam inkubator.