digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Eko Kuncoro Pramono
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 Eko Kuncoro Pramono
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 Eko Kuncoro Pramono
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Eko Kuncoro Pramono
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Eko Kuncoro Pramono
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 5 Eko Kuncoro Pramono
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Eko Kuncoro Pramono
PUBLIC Irwan Sofiyan

Pada umumnya buah pisang dipanen pada keadaan matang hijau (mature green), kemudian diberi perlakuan etilen pada proses pemeraman sebelum dikonsumsi. Warna kulit buah pisang menjadi indikator untuk memprediksi tingkat kematangan buah. Prediksi umumnya dilakukan dengan cara membandingkan warna kulit buah pisang dengan standar chart warna yang ada. Namun metode ini memberikan hasil yang tidak konsisten dan sangat bersifat subyektif tergantung dari keahlian operator yang melakukannya. Penggunakan alat seperti spektrofotometer atau kolorimeter dinilai masih mahal dan tidak didesain untuk kepentingan komersial. Sehingga terdapat kebutuhan akan suatu peralatan yang murah, mudah dan bersifat non destruktif untuk dapat mengukur tingkat kematangan buah pisang. Pada penelitian ini dilakukan studi pengembangan peralatan untuk mengidentifikasi tingkat kematangan buah pisang. Metode yang dilakukan berdasarkan perubahan warna kulit buah pisang dari hijau menjadi kuning selama proses pematangan. Perubahan warna kulit tersebut terjadi karena perubahan kandungan pigmen klorofil yang ada pada kulit pisang. Kandungan klorofil tersebut akan semakin berkurang seiring dengan proses pematangan. Untuk itu dikembangkan peralatan menggunakan prinsip pantulan cahaya tampak pada kulit buah pisang. Cahaya tampak yang digunakan dalam penelitian ini adalah hijau (500-560 nm), jingga (580-610 nm), dan merah (600-650 nm). Sebuah spektrofotometer pada rentang spektrum 350-700 nm digunakan sebagai pembanding dalam penelitian ini, dengan sumber cahaya berasal dari lampu halogen untuk dapat memenuhi rentang panjang gelombang pada spektrofotometer. Hasil pengukuran dengan menggunakan alat yang dikembangkan memberikan nilai rata-rata reflektansi terhadap perubahan tingkat kematangan mendekati hasil pengukuran nilai reflektansi menggunakan spektrofotometer terutama untuk cahaya merah dan jingga yang memberikan nilai koefisien korelasi R2=0.9632 dan 0.9119, sedangkan cahaya hijau memberikan nilai koefisien korelasi R2=0.2609. Hasil pengukuran nilai reflektansi dengan menggunakan alat yang dikembangkan memberikan rentang nilai reflektansi cahaya merah sebesar 30%-39%, 39%-49%, 49%-59%, 59%-67% dan di atas 67% untuk tingkat kematangan 2,3,4,5 dan 6. Sedangkan untuk cahaya jingga rentang nilai reflektansi sebesar 35%-45%, 45%- 50%, 50%-58%, 58%-67% dan di atas 67% untuk tingkat kematangan 2,3,4,5 dan 6. Untuk cahaya hijau, hasil pengukuran reflektansi memberikan hasil yang relatif sama pada semua tingkat kematangan sehingga tidak dapat digunakan untuk melakukan pengukuran tingkat kematangan buah pisang. Dan untuk tingkat kematangan 7, alat yang dikembangkan memberikan rentang nilai reflektansi yang sangat lebar dikarenakan bintik coklat yang muncul pada kulit pisang secara acak. Sehingga alat yang dikembangkan tidak bisa memberikan pengukuran untuk tingkat kematangan 7. Pengujian dengan menggunakan 71 sampel pada tingkat kematangan 2 sampai dengan 6 menghasilkan prediksi 55 benar (77%), 11 kurang matang satu tingkat (16%) dan 5 lebih matang satu tingkat (7%) untuk cahaya merah dan menghasilkan prediksi 38 benar (54%), 13 kurang matang satu tingkat (18%) dan 20 lebih matang satu tingkat (28%) untuk cahaya jingga.