Pipa penyalur merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam industri minyak dan gas. Fungsi utamanya adalah menyalurkan minyak atau gas dari suatu tempat ke tempat lainnya. Perlu dilakukan pengecekan atau inspeksi secara berkala pada pipa penyalur agar tidak terjadi kerusakan yang dapat menimbulkan kerugian materi maupun non materi. Pada umumnya pipa penyalur terbuat dari logam, sehingga sangat rentan terkena korosi. Korosi adalah kerusakan pada logam yang disebabkan oleh reaksi kimia atau elektrokimia dengan lingkungannya. Reaksi kimia atau elektrokimia ini akan menghasilkan senyawa baru yang tidak diinginkan. Korosi dapat terjadi bila terdapat tiga elemen yaitu anoda, katoda, dan larutan elektrolit. Anoda merupakan tempat terjadinya reaksi oksidasi. Pada bagian anoda akan terjadi penipisan lapisan logam. Katoda adalah tempat terjadinya reaksi reduksi. Larutan elektrolit mengandung ion-ion bebas yang dapat menerima atau memberikan elektron. Sehingga memungkinkan elektron berpindah dari anoda menuju katoda. Pipa penyalur juga menerima tegangan yang berasal dari beban beban yang diterima oleh pipa penyalur tersebut. Terdapat tiga jenis beban yang diterima oleh pipa penyalur yaitu beban sustain, beban termal dan beban occasional. Beban sustain merupakan beban yang secara terus menerus dialami oleh pipa enyalur. Beban termal adalah beban yang timbul akibat adanya ekspansi termal yang terjadi pada pipa penyalur. Beban occasional adalah beban yang terkadang muncul pada pipa penyalur dan berlangsung secara singkat .Secara umum tegangan pada pipa dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu tegangan normal dan tegangan geser. Tegangan normal adalah tegangan yang arahnya tegak lurus penampang pipa. Tegangan normal terbagi menjadi tiga yaitu tegangan longitudinal, tegangan tangensial, dan tegangan radial. Tegangan geser adalah tegangan yang arahnya sejajar dengan penampang pipa. Tegangan geser terbagi menjadi dua yaitu tegangan akibat gaya geser dan tegangan akibat momen punter. Korosi dan tegangan inilah yang nantinya akan mempengaruhi laju kegagalan dari pipa penyalur. Dibutuhkan suatu metode yang dapat memprediksi waktu terjadinya kegagalan pipa penyalur yang disebabkan oleh korosi secara akurat. Salah satunya adalah menggunakan metode probabilistik. Kelebihan menggunakan metode probabilistik antara lain memberi jaminan dalam bentuk peluang, merepresentasikan fenomena yang sebenarnya, dan memanfaatkan data yang dihasilkan oleh alat-alat ukur canggih.
Terdapat tiga metode inspeksi yang digunakan yaitu metode inspeksi ILI (In Line Inspection), LRUT (Long Range Ultrasonic Testing), dan MTM (Magnetic Tomography Method). Metode inspeksi ILI digunakan pada pipa dengan diameter lebih dari 16 inch. Hasil metode inspeksi ILI memberikan dimensi cacat akibat korosi berupa kedalaman, panjang, dan lebar korosi. Metode inspeksi MTM digunakan pada pipa dengan diameter kurang dari 16 inch. Hasil metode inspeksi MTM memberikan data mengenai tekanan operasi yang diijinkan untuk setiap lokasi cacat. Selain itu metode inspeksi MTM juga memberikan nilai tekanan desain pipa. Metode inspeksi LRUT digunakan untuk menginspeksi pipa yang tidak dapat dilakukan oleh metode MTM dan LRUT. Hasil metode inspeksi LRUT memberikan data dimensi cacat akibat korosi dan juga goresan atau scratch.
Pada tesis ini, hal penting yang akan dibahas adalah estimasi laju kegagalan pipa penyalur minyak menggunakan distribusi Generalized Extreme Value (GEV) dan Weibull. Distribusi GEV merupakan distribusi ekor tebal dan memiliki tiga parameter yaitu shape parameter, scale parameter, dan location parameter.Sehingga diharapkan dapat memodelkan fenomena kerusakan pada pipa penyalur dengan baik. Distribusi Weibull merupakan distribusi yang sudah sangat sering dipakai dalam memodelkan reliabilitas atau ketahanan suatu benda. Distribusi Weibull merupakan distribusi ekor tebal dengan dua parameter yaitu shape parameter dan location parameter. Diperoleh hasil bahwa distribusi GEV akan memberikan nilai laju kegagalan yang lebih besar pada pipa penyalur.