2009_TS_PP_RIA_INDRYA_SARI_SUNARDI_1-COVER.pdf
Terbatas agus slamet
» ITB
Terbatas agus slamet
» ITB
Udang merupakan komoditas ekspor hasil perikanan yang memberikan pemasukan cukup besar bagi devisa negara. Salah satu jenis udang yang telah berhasil dibudidayakan dengan teknologi intensif di Indonesia adalah jenis udang putih (Litopenaeus vannamei (Boone)). Masalah yang timbul akibat budidaya skala besar ini adalah meningkatnya serangan penyakit pada udang; oleh karena itu, untuk mencegah atau menanggulangi penyakit, petambak sering menggunakan antibiotik yang telah dilarang oleh pemerintah. Hal ini terkait dengan kurangnya pembinaan dan pengawasan, serta terbatasnya informasi ilmiah tentang dampak negatif dari penggunaan antibiotik. Kerugian akibat penggunaan antibiotik tersebut di antaranya adalah pelarangan ekspor udang asal Indonesia ke beberapa negara di dunia (Jepang, USA dan Uni Eropa). Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh penggunaan antibiotik, khususnya kloramfenikol, terhadap kadar residu antibiotik kloramfenikol pada budidaya udang putih. Pengaruh tersebut dievaluasi dengan mengukur dan menguji kadar residu, waktu peluruhan, dan waktu paruh kloramfenikol dalam jaringan udang putih yang diberi pakan dengan perlakuan kloramfenikol. Parameter yang diukur adalah pertumbuhan dan kesintasan udang serta laju konversi pakan. Pertumbuhan dilihat dari pertambahan berat dan panjang individu, kesintasan dilihat dari jumlah individu udang putih yang hidup, sedangkan laju konversi pakan dilihat dari total pakan yang digunakan relatif terhadap berat biomassa udang putih. Selain itu, juga dilakukan pengukuran terhadap residu kloramfenikol pada media air, serta pemantauan kualitas fisika-kimia air yang meliputi pengukuran pH, suhu, salinitas, DO, nitrit, alkalinitas, nitrat, dan amonia. Untuk memberikan informasi pendukung, dilakukan analisis ekonomi tentang penggunaan kloramfenikol dalam budidaya udang putih. Pada penelitian ini, udang post larva yang digunakan berumur 30 hari (PL30). Percobaan dilakukan dalam tangki-tangki plastik berbentuk silinder dengan volume + 170 liter (12 tangki plastik untuk empat perlakuan dengan tiga ulangan). Perlakuan yang diberikan terdiri dari pemberian antibiotik dengan konsentrasi 0, 1, 2, dan 3 g/kg pakan. Padat penebaran hewan uji pada setiap
iv
tangki adalah 100 ekor. Hasil pengujian menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi residu kloramfenikol setelah minggu ke-9 diperoleh pada udang dengan perlakuan kloramfenikol 3 g/kg pakan, yaitu sebesar (3,61 ± 0,10) ?g/kg. Nilai tersebut berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P<0,05). Pada perlakuan yang sama, terdapat residu kloramfenikol dalam media air sebesar (0,13 ± 0,03) ?g/L yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P>0,05). Waktu peluruhan (depletion time) konsentrasi kloramfenikol dalam jaringan udang menunjukkan hasil yang berbeda antar perlakuan. Residu kloramfenikol dalam jaringan udang putih diperkirakan akan hilang (CC? = 0,01 ?g/kg) dalam kisaran waktu 15,6–22,7 minggu pasca penggunaan antibiotik kloramfenikol dalam pakan dengan konsentrasi 1–3 g/kg pakan. Sementara itu, residu kloramfenikol dalam media air diperkirakan akan hilang dalam kisaran waktu 8,4–9,1 minggu pasca penggunaan antibiotik kloramfenikol dalam pakan dengan kisaran konsentrasi yang sama. Rata-rata berat, panjang, dan kesintasan tertinggi diperoleh pada perlakuan kloramfenikol 2 g/kg pakan, yaitu berat (10,9765 ± 0,6496) gram yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P<0,05); panjang (11,67 ± 0,06) cm yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P<0,05); dan kesintasan (80,7± 0,6) % yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0 atau 1 g/kg (P>0,05) namun berbeda nyata dengan perlakuan 3 g/kg (P<0,05). Nilai laju konversi pakan terbaik diperoleh pada perlakuan kloramfenikol 2 g/kg, yaitu sebesar 1,39 + 0,03 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan kloramfenikol 1 g/kg (P>0,05), namun berbeda nyata dengan perlakuan 0 dan 3 g/kg (P<0,05). Secara umum, parameter fisika-kimia air selama penelitian berlangsung berada pada kisaran yang layak bagi kehidupan dan pertumbuhan udang putih, dan tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0,05). Kisaran hasil pengukuran parameter kualitas air adalah sebagai berikut: pH (6,60–8,93); suhu (27,02–30,83) 0C; salinitas (14–16,67) mg/L; DO (4,02–6,36) mg/L, NO2- (0,0009–0,073) mg/L; alkalinitas (62,66–228,66) mg/L; NO3-(1–28) mg/L; dan amonia (0,0009–0,102) mg/L. Analisis ekonomi awal mengindikasikan bahwa penggunaan kloramfenikol memberikan keuntungan yang lebih besar bagi petambak (B/C = 1,31), namun dari hasil yang telah disampaikan sebelumnya, terdapat risiko bahaya residu pada udang. Sementara itu, hasil akhir budidaya tanpa kloramfenikol secara ekonomi tetap menguntungkan (B/C ratio = 1,14) tanpa adanya bahaya residu. Berdasarkan data dan pembahasan di atas, dapat dilihat bahwa penggunaan antibiotik kloramfenikol dalam pakan menyisakan residu dalam jaringan udang putih yang cenderung menurun sejalan dengan bertambahnya periode kultur. Walaupun demikian, kadar residu antibiotik pada produk harus tetap diperhatikan sehingga keamanan produk hasil budidaya dapat terjamin dan bebas dari bahaya residu.
Perpustakaan Digital ITB