digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2018_TA_PP_NUGRAHA_BASTARA_PUTRA_1-COVER.pdf
Terbatas  Wulan Nurhasanah
» Gedung UPT Perpustakaan

2018_TA_PP_NUGRAHA_BASTARA_PUTRA_1-BAB_1.pdf
Terbatas  Wulan Nurhasanah
» Gedung UPT Perpustakaan

2018_TA_PP_NUGRAHA_BASTARA_PUTRA_1-BAB_II.pdf
Terbatas  Wulan Nurhasanah
» Gedung UPT Perpustakaan

2018_TA_PP_NUGRAHA_BASTARA_PUTRA_1-BAB_III.pdf
Terbatas  Wulan Nurhasanah
» Gedung UPT Perpustakaan

2018_TA_PP_NUGRAHA_BASTARA_PUTRA_1-BAB_IV.pdf
Terbatas  Wulan Nurhasanah
» Gedung UPT Perpustakaan

2018_TA_PP_NUGRAHA_BASTARA_PUTRA_1-BAB_V.pdf
Terbatas  Wulan Nurhasanah
» Gedung UPT Perpustakaan

2018_TA_PP_NUGRAHA_BASTARA_PUTRA_1-PUSTAKA.pdf
Terbatas  Wulan Nurhasanah
» Gedung UPT Perpustakaan

Peralatan di industri minyak dan petrokimia memiliki spesifikasi yang membutuhkan suatu material yang memiliki ketahanan korosi tinggi. Dalam konstruksi mesin, terdapat konstruksi kompleks yang membutuhkan adanya proses penyambungan 2 material. Umumnya, proses penyambungan dilakukan dengan proses welding. Tetapi, banyak permasalahan yang ditemukan pada bagian sambungan salah satunya adalah terjadinya penurunan ketahanan korosi yang menyebabkan kerusakan dan deteriorasi. Permasalahan tersebut dapat dijawab dengan pemilihan material yang memiliki spesifikasi yang sesuai. Salah satu material dengan spesifikasi yang sesuai adalah material UNS N06625. Material UNS N06625 memiliki sifat ketahanan korosi yang tinggi. Dikarenakan adanya konstruksi yang kompleks, diperlukan proses pengelasan untuk memenuhi spesifikasi konstruksi tersebut. Material UNS N06625 memiliki weldability yang baik tetapi ketika terjadi proses solidifikasi maka akan terjadi perubahan sifat salah satunya adalah menurunnya ketahanan korosi yang dimiliki material UNS N06625. Penelitian kali ini dilakukan untuk melihat perubahan sifat ketahanan korosi tersebut melalui perubahan Critical Crevice Temperature (CCT). Penelitian kali ini diawali dengan karakterisasi menggunakan Energy Dispersive Spetroscopy (EDS) untuk memastikan spesimen uji adalah UNS N06625. Proses selanjutanya adalah melakukan simulasi pengelasan dengan metode Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) dengan heat input sebesar 0.39 kJ/mm kepada 4 spesimen uji. Penentuan nilai CCT teoritis berdasarkan komposisi mengacu pada ASTM G 48 D. Setelah dilakukan pengelasan, untuk melihat dan membuktikan terjadinya perbedaan struktur setelah solidifikasi maka dilakukan metalografi dan uji keras denan metode microvickers. Pengujian korosi dilakukan dengan imersi selama 72 jam pada temperatur 35, 25, 20, dan 15 0C menggunakan campuran FeCl3, HCL, dan aqua dm. Hasil imersi tidak mengindikasikan terjadinya defect pada temperatur 15, 20, dan 25 0C, Sehingga perubahan nilai CCT hanya dapat didekati secara kualitatif. Nilai CCT dengan metode kualitatif ditaksir berada pada range 25 – 35 0C.