2015_TS_PP_MORIAN_SASPRIATNADI_1-COVER.pdf
PUBLIC hidayat 2015_TS_PP_MORIAN_SASPRIATNADI_1-BAB_1.pdf
PUBLIC hidayat 2015_TS_PP_MORIAN_SASPRIATNADI_1-BAB_2.pdf
PUBLIC hidayat 2015_TS_PP_MORIAN_SASPRIATNADI_1-BAB_3.pdf
PUBLIC hidayat 2015_TS_PP_MORIAN_SASPRIATNADI_1-BAB_4.pdf
PUBLIC hidayat 2015_TS_PP_MORIAN_SASPRIATNADI_1-BAB_5.pdf
PUBLIC hidayat 2015_TS_PP_MORIAN_SASPRIATNADI_1-BAB_6.pdf
PUBLIC hidayat 2015_TS_PP_MORIAN_SASPRIATNADI_1-BAB_7.pdf
PUBLIC hidayat 2015_TS_PP_MORIAN_SASPRIATNADI_1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC hidayat
mengakibatkan rusaknya kesetimbangan ekologi di lokasi pertambangan. Lahan
tambang yang telah ditutup atau ditinggalkan sudah selayaknya di reklamasi dan
di rehabilitasi, sebagai upaya dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.Lahan
pasca-tambang yang sudah mengalami penurunan nilai dan kualitas, seharusnya
bisa dimanfaatkan kembali dengan perencanaan, perancangan, serta manajemen
yang tepat. Sehingga mampu memberikan pertambahan nilai, baik secara ekologi,
sosial, budaya, ekonomi, serta estetika. Berbagai jenis pemanfaatan lahan dapat
dilakukan, misalnya seperti pengembangan kawasan perumahan, pertanian dan
perkebunan, ataupun pengembangan kawasan wisata dan rekreasi.
Kepulauan Bangka Belitung dikenal sebagai salah satu penghasil timah terbesar di
Dunia. Kegiatan pertambangan yang telah berlangsung sejak lama serta
membudaya di masyarakat mengakibatkan aktivitas penambangan yang sulit
dikontrol. Di Bangka pun kerap didapati lahan reklamasi yang kembali digali
kembali secara ilegal. Sehingga perencanaan danperancangan yang matang serta
kerjasama berbagai pihakdan stakeholder perlu dilakukan.
Proyek akhir ini dibuat dengan tujuan untuk merancang lanskap kawasan pascatambang
dengan pemanfaatan yang tepat, yang mampu bersinergi dengan proses
rehabilitasi lingkungan, sehingga mampu mengembalikan kesetimbangan ekologis
kawasan. TB. 1.42 Pemali merupakan lahan tambang yang dimiliki oleh PT
Timah. Berlokasi di Desa Pemali, Kecamatan Sungai Liat, kawasan dengan luas
181 ha ini merupakan tambang yang masih aktif, sehingga beberapa asumsi
mengenai penutupan kawasan perlu dilakukan.
Perancangan lanskap kawasan wisata dilakukan dengan mempertimbangkan
berbagai kondisi, meliputi kondisi eksisting, peraturan dan rencana
pengembangan daerah, perkembangan wisata daerah, juga potensi dan peruntukan lahan.Adapun beberapa permasalahan yang ditemui pada kawasan ini adalah
bentuk dan kemiringan lahan, ketersediaan unsur hara, serta kualitas air dan tanah.
Perancangan dilakukan dengan berbagai pendekatan, seperti ekologi, budaya dan
pendidikan. Kawasan wisata ini diharapkan bisa menjadi sumber ilmu mengenai
reklamasi, sejarah dan budaya pertambangan timah di Bangka, serta mengenalkan
dan mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya rehabilitasi dan
keberlanjutan lingkungan.
Hasil rancangan meliputi rencana tapak kawasan wisata, dengan berbagai area
seperti pusat rehabilitasi dan wetland bank, area pembibitan dan penanaman, area
edukasi dan budaya, pusat rekreasi air, serta area heritage berupa peninggalan
bentuk aktivitas pengolahan galian tambang yang ada di lokasi.