ABSTRAK
PENGARUH PENAMBAHAN ALGINAT DARI Sargassum
binderi. DALAM PENGOLAHAN SUSU NABATI BERAS
MERAH
Oleh
Rais Nur Latifah
NIM. 20515051
(Program Studi Magister Kimia)
Susu beras merah bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit beri-beri dan dapat
dijadikan sebagai alternatif susu nabati bagi penderita autis serta penderita lactose
intolerance. Susu beras merah memiliki kandungan gizi yang hampir sama
dengan susu sapi atau susu kambing. Susu beras merah saat ini memiliki
kelemahan tidak berasa gurih seperti rasa susu pada umumnya dan kestabilan
emulsi yang kurang. Hal ini diatasi dengan penambahan biofilm yang terbuat dari
gliserol dan alginat dari Sargassum binderi. Alginat diekstraksi menggunakan
jalur non asam yaitu CaCl2 (b/v) dengan penambahan EDTA. Karakterisasi gugus
fungsi alginat menggunakan FTIR (Fourier Transform InfraRed). Dua tipe susu
beras merah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu SBM tipe I (susu dari
beras merah) dan SBM tipe II (susu dari nasi beras merah) dengan perbandingan
komposisi antara beras merah atau nasi beras merah dan air adalah 1:15 dan 1:30
(b/v). Berdasarkan kedua jenis tipe susu dilakukan pemilihan tipe susu beras
merah yang optimal dan dilakukan variasi penambahan konsentrasi alginat (b/v)
(0,05%; 0,1%; 0,2%; 0,4%; 0,6%; 0,8%; 1,0% dan 1,2%). Optimasi pemilihan
susu beras merah meliputi kadar nutrisi terlarut (karbohidrat dengan metode Luff
Schrol, lemak dengan metode gravimetri, protein dengan metode Kjeldahl, kadar
serat pangan dengan metode enzimatis), kestabilan susu (analisis tekstur susu
dengan mikroskop dan laju pengendapan susu) dan penentuan masa simpan
produk (pH, degradasi zat warna susu, uji mikroba). Hasil yang diperoleh
dibandingkan dengan susu beras merah komersial.
Alginat dari makoralga yang berasal dari pantai Sayang Heulang, Kecamatan
Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat diperoleh rendemen sebesar 6,25% (b/b) dengan
kadar air 12,2%. Karakterisasi alginat dengan FTIR menunjukkan puncak serapan
pada 3477 cm-1, 1633 cm-1, 1419 cm-1 dan 1614 cm-1 yang merupakan gugus
hidroksil (O-H), gugus karbonil (C=O), gugus karboksil (C-O) dan natrium dalam
alginat. Alginat dengan konsentrasi 0,1% (b/v) memiliki massa jenis sebesar
1,007 g/mL dan viskositas 7,6x10-3 kg m-1 s-1. Berdasarkan pengujian kedua jenis
susu diperoleh susu yang paling optimal yaitu SBM tipe I=1:15 dengan kadar
karbohidrat dan lemak tertingi berturut-turut adalah 36,32 mg/mL susu (b/v) dan
ii
0,034 mg/mL susu (b/v) dengan masa simpan selama 9 hari (pH 7,04).
Penambahan kadar alginat yang optimum yaitu 0,2% (b/v) dan mampu
menstabilkan emulsi susu beras merah. Analisis kadar nutrisi terlarut susu
tersebut yaitu kadar karbohidrat, protein, lemak dan serat total masing-masing
40,21 mg/mL susu (b/v), 1,3 mg/mL susu (b/v), 0,16 mg/mL susu (b/v), 18,9 mg
serat total/mL susu (b/v). Analisis tekstur susu menunjukkan partikel penyusun
susu beras merah dengan penambahan alginat membentuk koloid. Kestabilan
emulsi meningkat dengan ditunjukkan perubahan laju pengendapan dari orde 2
menjadi orde 1 dengan tetapan laju dari 0,3528 turbidan/hari-1 menjadi 0,067
hari-1 dengan waktu paruh dari 9 hari 3 jam menjadi 10 hari 7 jam. Masa simpan
susu meningkat dari 9 hari menjadi 15 hari (pH 7,01 dan tidak terdapat mikroba)
dengan penyimpanan suhu 4oC. Penambahan alginat juga mampu menghambat
laju degradasi zat warna susu beras merah dari orde 1 menjadi orde 0 dengan
perubahan tetapan laju dari 0,052 hari-1 menjadi 0,0022 abs/hari-1 dengan waktu
paruh dari 3 hari 4 jam menjadi 7 hari. Analisis organoleptik menunjukkan tingkat
kesukaan susu pada susu beras merah dengan penambahan alginat 0,1% dan 0,2%.
Kata kunci : Sargassum binderi, alginat, susu beras merah