COVER Yosi Haryani
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Yosi Haryani
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Yosi Haryani
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Yosi Haryani
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Yosi Haryani
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Yosi Haryani
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Yosi Haryani
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN Yosi Haryani
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Bandara merupakan infrastruktur penting pada suatu daerah yang saat ini
penggunaannya mulai menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan ini
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu waktu yang lebih efektif dan efisien serta dapat
menjangkau daerah yang jauh. Pembangunan infrastuktur bandara yang mendukung
haruslah mempertimbangkan aspek kebencanaan, melihat Indonesia yang merupakan
wilayah rawan akan bencana, salah satunya adalah tsunami.
Kajian tingkat bahaya tsunami terhadap 239 bandara di Indonesia berdasarkan
klasifikasinya telah dilakukan pada Tugas Akhir ini dengan menggunakan hasil
pemodelan sebelumnya. Berdasarkan hasil kajian tersebut, maka didapatkan sebanyak 3
bandara berpotensi sangat tinggi (1,25%), 2 bandara berpotensi tinggi (0,83%), 3 bandara
sedang (1,25%), dan 6 bandara berpotensi rendah (2,51%). Kemudian dipilih Bandara I
Gusti Ngurah Rai sebagai daerah kajian yang memiliki potensi bahaya tsunami sedang
dengan flowdepth 4,33 meter. Hal ini dikarenakan Bandara I Gusti Ngurah Rai
merupakan bandara besar (Tipe 4), dan bandara internasional serta bandara tersibuk
sehingga akan menimbulkan kerusakan dan kerugian yang sangat parah apabila terkena
tsunami.
Oleh sebab itu, dilakukan simulasi numerik dengan menggunakan 3 skenario
hipotetik yaitu Mw=7,8, Mw=8,3, dan Mw=8,8. Simulasi ini menggunakan software
COMCOT v.1.7. dengan metode grid sisipan dan waktu simulasi 3600 detik. Hasil yang
didapatkan yaitu tsunami tiba di area bandara pada menit ke-34,467 hingga menit ke35,967dengan tinggi tsunami 2,123 – 2,197 meter, dan terus menjalar hingga seluruh
area bandara terendam tsunami dengan ketinggian rendaman 0,1 – 3 meter untuk
Mw=7,8, dan 1 – 5 meter untuk Mw=8,3 dan Mw=8,8. Selain itu, terdapat 15 desa di
sekitar bandara yang berpotensi terkena rendaman tsunami dengan 11 desa berpotensi
100% terendam tsunami sedangkan 4 desa lainnya yaitu Jimbaran berpotensi terendam
30,58%, Pecatu berpotensi terendam 16,32%, Ungasan berpotensi terendam 6,87%, dan
Benoa berpotensi terendam 39,32% dengan tinggi rendaman yaitu bervariasi antara 0,1
– 15 meter. Infrastruktur pada bandara ini dapat dikategorikan resiko tsunaminya
menjadi 3 kategori dari 4 kategori yang ada, yaitu kategori resiko II diantanya runway,
apron, dan parkir kendaraan, kategori resiko III yaitu depot avtur Pertamina dan unit
kerja Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK), dan
kategori resiko tsunami IV yaitu lantai 2 terminal domestik, lantai 2 dan 3 terminal
internasional, dan air traffic control. Selain itu, akibat tsunami pada bandara
menghasilkan puing – puing dan batuan dalam volume yang besar, dengan jenis debris
yaitu tiang kayu, batuan, dan puing beton, kendaraan penumpang, dan pesawat terbang.